Rabu, 21 Maret 2012

Syiah: Kedudukan Mereka Di Dalam Islam

Akhir-akhir ini, marak tentang pemberitaan aliran Syi’ah di Indonesia. Pro dan kontra pun mewarnai atas keberadaan aliran syi’ah didalam masyarakat

Masyarakat yang rawan akan info mengenai Syi’ah ini tentu dibingungkan dengan pemberitaan yang beredar yang mengatakan bahwa aliran Syi’ah ini adalah aliran sesat. Bahkan, ada pula yang mengatakan bahwa MUI juga sudah menfatwa bahwa aliran Syi’ah ini adalah aliran sesat, sama halnya dengan keberadaan aliran Ahmadiyah. Hal inilah menjadi konflik ummat islam ditanah air beberapa bulan terakhir ini yang dikuatirkan, aliran sesat ini akan menyebar dan menjadi racun didalam tubuh ummat islam.

Hal inilah yang menarik perhatian Mia. Karena setau Mia, MUI sendiri tidak pernah mengeluarkan fatwa sesat untuk aliran Syi’ah ini (sumber bisa dilihat disini). Dan pernyataan dari hasil Konfrensi Islam Internasional yang diadakan di Amman, Yordania;ada 8 mazhab/aliran yang disahkan oleh organisasi islam Internasional, dan Syi’ah salah satu di antaranya (sumber baca disini atau disini dalam bahasa inggris).

Jadinya, kenapa justru di Indonesia, berita tentang Syi’ah ini cenderung berbau negatif dan menjadi momok baru bagi ummat muslim di Indonesia? Apakah ada pihak-pihak tertentu yang memanfaatkan mayoritas muslim di Indonesia adalah Sunni untuk memerangi saudara sesama muslim dari golongan Syi’ah? Memang, ada beberapa pecahan dari Syi'ah ini sudah melenceng dari syariat islam dan menghina serta mengkafirkan para sahabat dan siti Aisyah. Akan tetapi, hal ini tidak bisa dipukul rata bahwa semua aliran Syi'ah seperti itu.

Terlebih lagi, sedikitnya pengetahuan kita mengenai aliran Syi’ah ini ditambah dengan pemberitaan2 dimedia online yang Mia nilai sangat provokatif. Apalagi setelah terjadinya bentrokan dibeberapa daerah Jawa Timur dengan kelompok Syi’ah yang berada disana, dengan sendirinya pernyataan dari kelompok masyarakat tersebut ikut menggiring opini publik bahwa aliran Syi’ah ini adalah aliran sesat yang harus diberantas dan diusir dari tanah air. Di tambah dengan informasi2 yang didapat dari internet yang bernada negatif tentang aliran Syi’ah ini yang pada awalnya juga ikut membentuk opini Mia terhadap aliran Syi'ah ini (walau Mia lebih cenderung bersikap netral, akan tetapi perlunya juga untuk kita mengetahui kebenarannya)

Bismillahirrahmanirrahim

APAKAH ALIRAN SYI’AH TERSEBUT?

Syi’ah (Bahasa Arab: شيعة, Bahasa Persia: شیعه) ialah salah satu aliran atau mazhab dalam Islam. Muslim Syi'ah mengikuti Islam sesuai yang diajarkan oleh Nabi Muhammad dan Ahlul Bait-nya. "Syi'ah" adalah bentuk pendek dari kalimat bersejarah Syi`ah `Ali شيعة علي artinya "pengikut Ali".

Syi'ah menurut etimologi bahasa Arab bermakna: pembela dan pengikut seseorang. Selain itu juga bermakna: Setiap kaum yang berkumpul di atas suatu perkara. Adapun menurut terminologi syariat bermakna: Mereka yang menyatakan bahwa Ali bin Abu Thalib sangat utama di antara para sahabat dan lebih berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan kaum muslimin, demikian pula anak cucu sepeninggal beliau.

Akan tetapi, Syi'ah dalam sejarahnya mengalami beberapa pergeseran. Seiring dengan bergulirnya waktu, Syi'ah mengalami perpecahan sebagaimana Sunni juga mengalami perpecahan didalam mazhabnya. Pecahan-pecahan inilah ada yang masih mengikuti madzhab aslinya ada juga yang sudah melenceng dan menjadi garis kanan yang keras yang saling melecehkan satu sama lainnya, saling mengkafirkan satu sama lainnya dan tak jarang, mengubah tatanan syariat islam yang sudah digariskan. Perpecahan mazhab2 ini tidak hanya dialami oleh aliran Sunni dan Syi'ah saja, karena ada 8 mazhab yang telah diakui di Islam (2 diantaranya Sunni dan Syi'ah) yang juga mengalami pergeseran dan perpecahan dari cabang2nya. Cabang2 dari 8 madzhab yang mengalami pergeseran jauh dari tuntutan syariat dan prinsip utama Islam inilah yang patut diwaspadai.

Ada jauh lebih banyak kesamaan dalam 8 mazhab-mazhab Islam ini dibandingkan dengan perbedaan-perbedaan di antara mereka. Para pengikut/penganut kedelapan mazhab Islam semuanya sepakat dalam prinsip prinsip utama Islam (Ushuluddin). Adapun persamaan dari ke 8 madzhab islam tersebut:

1. Percaya pada satu Allah yang Mahaesa dan Makakuasa dan tidak menyekutukanNya;
2. Percaya pada al-Qur'an sebagai wahyu Allah
3. Baginda Muhammad saw adalah Nabi dan Rasul untuk seluruh manusia dan tiada lagi nabi dan rasul setelah beliau.
4.Semua sepakat pada lima rukun Islam: dua kalimat syahadat(syahadatayn); kewajiban shalat 5 waktu; zakat; puasa di bulan Ramadhan, dan Haji ke Baitullah di Mekkah.
5. Semua percaya pada dasar-dasar akidah Islam: kepercayaan pada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitabNya, para rasul-Nya, hari akhir, dan takdir baik dan buruk dari sisi Allah.

Perbedaan di antara ulama kedelapan mazhab Islam tersebut hanya menyangkut masalah-masalah cabang agama (furu’) dan tidak menyangkut prinsip-prinsip dasar (ushul) Islam. Perbedaan pada masalah-masalah cabang agama tersebut adalah rahmat Ilahi. Sejak dahulu dikatakan bahwa keragaman pendapat di antara 'ulama adalah hal yang baik.

Akan tetapi, semenjak imam Syi'ah pertama ( Ali bin Abu Tholib) meninggal banyak sekali perubahan dalam tubuh Syi'ah. Kita perbandingkan kitab-kitab hadist yang dipakai antara Syi'ah daN Sunni. Syi'ah memakai 4 kitab sebagai sumber hadist yaitu Al Kafi, Man La Yahdhuruhul Faqih, At tahdzib, Al istibshar. Sedangkan Sunni memiliki 9 kitab rujukan yaitu Sahih Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Nasa'i, Sunan Tirmidzi, Sunan Abu Daud, Sunan Ibnu Majah, Muwatha Malik, Musnad Ahmad, dan Sunan Darimi. Seperti halnya Sunni yang meyakini Bukhari dan Muslim saja yang seluruh hadistnya dianggap sahih,sedang kitab lain tidak semua hadist didalamnya dianggap sahih. Sedangkan didalam kitab hadist Syi'ah yaitu al-kafi, banyak terdapat keganjilan didalamnya bahkan banyak yang melanggar syariat. Akan tetapi, ternyata tidak semua Syi'ah yang memakai hadist dari Al-kafi tersebut. Bisa dikatakan, aliran Syi'ah yang sudah bercabang dan bergeser dari Syi'ah aslinya yang memakai kitab tsb. Wallahualam.

Akan tetapi, kita tetap dilarang untuk mengkafirkan saudara sesama muslim, hanya karena perbedaan mereka SELAMA perbedaan itu tidak menyangkut prinsip-prinsip dasar Islam yang spt disebutkan di atas tadi.

Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

((أَيما رجُل قال لِأَخِيْهِ : يَا كَافِرُ, فَقَدْ بَاءَ بِهَا أَحَدُهُمَا , فَإِنْ كَانَ كَمَا قَالَ وَ إِلاَّ رَجَعَتْ عَلَيْهِ))

“Apabila seseorang menyeru kepada saudaranya: Wahai kafir, maka sungguh akan kembali sebutan kekafiran tersebut kepada salah seorang dari keduanya. Bila orang yang disebut kafir itu memang kafir adanya maka sebutan itu pantas untuknya, bila tidak maka sebutan kafir itu kembali kepada yang mengucapkan.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 6104 dan Muslim no.60)

ASAL MULA MUNCULNYA SYI'AH 

Perbedaan pendapat di kalangan para ahli mengenai awal kemunculan Syi’ah adalah hal yang wajar. Para ahli melihat fakta sejarah perpecahan umat Islam mulai muncul pada masa pemerintahan Usman bin Affan dan memanas pada pemerintahan Ali bin Abi Thalib, tepatnya setelah perang Shiffin. Adapun kaum Syi’ah berpendapat bahwa perpecahan itu sudah ada sejak wafatnya Nabi saw. dan kekhalifahan berada di bawah pimpinan Abu Bakar.

Pada perkembangannya, perbedaan pendapat mengenai khalifah antara sunni dan syi'ah ini dimanfaatkan oleh beberapa orang yang mengincar kekuasaan dalam kekuatan baru dunia ini, yaitu kekuatan ummat islam. Fitnah semakin menyebar dikalangan ummat islam, terutama setelah terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan. Satu-satunya sahabat utama yang masih hidup dikala itu adalah Ali bin Abi Thalib, sahabat sekaligus menantu rasul dan ayah dari para ahlul bayt (keturunan) rasul. Keistimewaan kedudukan Ali yang tidak dimiliki oleh sahabat lainnya inilah mendapat banyak dukungan dari ummat, baik dari Sunni maupun Syi'ah yang dikuatirkan oleh kaum munafiq poros kekuatan berada ditangan Ali setelah tiadanya ketiga sahabat utama rasul yang lainnya. Maka dimulailah plot mereka untuk memecahkan antar sesama kaun muslimin terutama antara kelompok Sunni dan Syi'ah.

Ada 3 riwayat tentang asal mula kelompok Syi'ah ini:

1. Dari sumber lain dikatakan syi'ah sudah ada sejak nabi masih hidup. Syi'ah disini dimaksudkan hanyalah suatu kelompok yang bersimpati kepada Ali. Suatu kaum yang bersimpati kepada Ali karena kelebihan dan kedekatnya dengan Rosul. Jadi bukan karena ada campur tangan yahudi atau agama parsi, seperti yang orang2 katakan. Dan pada tahap selajutnya syi'ah hanya sebagai sebuah media politik (persoalan kekhalifahan) bukan perbedaan akidah seperti Syi'ah sekarang.

2. Syi'ah muncul pada saat pemerintahan Utsman bin Affan. Di masa ini berkembang di masyarakat muslim sebuah rasa simpatik dan kekaguman yang tinggi terhadap Ali. Ali memang seorang pribadi yang mengesankan, keislamanya tidak diragukan, kesetiaan terhadap Rosul sudah terbukti, dan berbagai kelebihan-kelebihannya yang tidak dimiliki sahabat lain.

3. Syi'ah muncul setelah nabi meninggal, sebagai reaksi mendukung Ali untuk menjadi khalifah pengganti Rasul. Lawan politik Syi'ah waktu itu adalah kelompok Sunni yang mendukung 3 sahabat Rasul lainnya untuk menjadi khalifah, antara lain abu bakar, Umar dan Utsman. Perbedaan pandangan ummat islam mengenai inilah kemudian dimanfaatkan oleh kaum Yahudi untuk memecahbelahkan ummat islam. Kemudian, munculah Abdullah bin saba' seorang yahudi yang berpura-pura masuk islam (sumber lain mengatakan ia hanya diperalat oleh kaum Yahudi). Dan berusaha memecah belah umat islam, dengan fitnah bahwa Ali lah yang berhak menjadi khalifah, khalifah sebelumnya adalah kafir yang telah merampas dari yang berhak. Bahkan ia menuhankan Ali dan melebih-lebihkan kedudukan Ali diatas Rasul. Lalu ia pun membentuk kelompok Syi'ah Saba'iyah. Sampai-sampai, abdullah bin saba' inipun memprovokasi Ali secara langsung untuk memberontak kepada Utsman dan mengambil alih kepemimpinan.

Berdasarkan dua hal tersebut, Ali kemudian memerangi abdullah dan pengikutnya. Perang ini terjadi pada pertengahan bulan Jumadil Akhir tahun tiga puluh enam Hijriyah. Pertempuran ini berjalan dari siang hari sampai sorenya, dan menelan korban sepuluh ribu Muslimin, bahkan dalam riwayat yang lain tiga belas ribu orang. Akan tetapi, abdullah bin saba' sendiri berhasil melarikan diri ke Mesir dengan meninggalkan paham dari Abdullah yang telah merusak sebagian kelompok Syi'ah yang ada. Hal ini bisa dilihat mereka sangat mengagungkan Ali bahkan melebihi dari Rasul sendiri dan menghina para sahabat seperti yang dilakukan oleh abdullah. Kelompok Syi'ah yang berpaham inilah yang membuat citra kelompok Syi'ah lainnya ikut menjadi buruk dimata Sunni dan kelompok islam lainnya.

Kemudian di Mesir, abdullah pun bertemu dengan beberapa kaum munafiquun untuk merencanakan suatu makar yang hebat. Kemudian dengan pengaruhnya, Abdullah bin Saba’ berhasil membuat opini tentang keburukan pemerintahan Utsman bin Affan ra di Madinah. sehingga beberapa orang kaum muslimin terpengaruh oleh cerita yang disebarkan oleh Abdullah bin Saba’ tersebut. Setelah dirasakan banyak kaum muslimin yang terpengaruh olehnya maka Abdullah bin Saba’ berangkat ke madinah beserta rombongannya menuju Madinah. Sesampainya Madinah Abdullah bin Saba’ dan rombongannya membuat fitnah yang besar terhadap Khalifah Utsman bin Affan.

Saking hebatnya fitnah itu karena juga disebarkan oleh rombongan Abdullah bin Saba’ yang besar jumlahnya maka sebagian sahabat radhiyallahu ‘anhum terpengaruh oleh ucapan kaum munafiquun tersebut sampai – sampai putra Khalifah pertama yaitu Abdurrahman bin Abu Bakar Ash Shiddiq mendatangi Khalifah Utsman bin Affan ra. dengan marah dan menarik jenggotnya.

Dan pada puncaknya kaum munafiquun dan sebagian kaum muslimin yang baik yang terprovokasi oleh ucapan Abdullah bin Saba’ dan pengikutnya mengepung rumah Utsman bin Affan ra. kemudian membunuhnya. Setelah meninggalnya Utsman bin Affan ra. maka kaum munafiquun dan sebagian sahabat serta kaum muslimin yang lain membai’at Ali bin Abi Thalib ra secara paksa. Salah satu yang memaksa Ali kala itu adalah Thalhah dan pemuka madinah yang meminta Ali bersedia untuk di baiat.

Akan tetapi, Ali sudah membaca situasi dan fitnah yang akan menimpa dirinya jika ia menerima pembaiatan tsb, maka ini akan menjadi kesempatan bagi kelompok yang ingin menjatuhkan dirinya untuk menuntut pengusutan atas pembunuhan Utsman. Kemudian munculah fitnah yang menyebabkan sahabat terpecah belah yaitu tentang hukuman bagi para pembunuh Utsman bin Affan ra. Mereka terus mendesak Ali untuk menerima jabatan kepemimpinan atau keadaan ummat akan semakin kacau dan bingung setelah kematian Utsman dan ditakutkan hal ini dimanfaatkan oleh kelompok yang haus kekuasaan. Akhirnya Ali pun bersedia dibaiat. Akan tetapi, ia meminta waktu untuk berijtihad dalam kasus pembunuhan Ustman. Sikap 'diam'nya Ali ini dimanfaatkan oleh kaum muanfiquun untuk melancarkan fitnah terhadap Ali, bahwa Ali sengaja melindungi pembunuh Utsman bahkan mereka menuduh Ali lah dalang dari pembunuhan Utsman.

Fitnah tersebut semakin besar ketika Muawiyah dan kelompoknya mendesak dan menyatakan makar kepada Ali, jika Ali belum juga mengambil tindakan atas kasus pembunuhan Utsman, paman Muawiyah. Hal ini membuat sahabat radhiyallahu’anhum terpecah menjadi 2 kubu yaitu kubu Ali bin Abi Thalib ra. dan kubu Mu’awiyyah, Thalhah, Zubair dan sahabat lainnya menuntut disegerakannya hukuman qishas bagi pembunuh Utsman bin Affan ra. Dan mereka tidak akan tunduk kepada Ali selama pembunuh Utsman tidak dihukum. Namun Khalifah Ali bin Abi Thalib ra. menundanya karena 2 ijtihad, pertama negara dalam keadaan kacau sehingga perlu ditertibkan dahulu dan yang kedua, untuk pembunuh Utsman bin Affan ra, Ali masih memerlukan waktu untuk memeriksa kebenarannya agar tidak salah menjatuhkan hukuman kepada kelompok yang tidak bersalah dari pihak muslimin karena ketidaktahuannya. Hal ini terlihat dalam perkataan Ali.

" Demi Allah aku sangat berharap seandainya Bani Umayyah Ridha, maka akan aku keluarkan orang-orang dari Bani Hasyim, kemudian mereka bersumpah bahwa kami tidak membunuh Utsman dan tidak mengetahui pembunuh Utsman". memang demikian, keadaan dia (Ali bin Abi Thalib Radiallahu anhu) tidak mengetahui para pembunuh Utsman Radiallahu anhu dengan pasti. Dan dia juga mengatakan pada saat terjadinya perang jamal : "Semoga Allah melaknati para pembunuh Utsman baik di lembah atau di gunung, didaratan atau di lautan". Beliau juga berdoa : "Ya Allah, limpahkanlah kehinaan para pembunuh Utsman.

Sikap ijtihad Ali yang dianggap menunda-nunda ini kemudian disampaikan Thalhah kepada Aisyah yang dianggap sosok yang bisa menegur Ali. Aisyah yang kuatir masalah ini akan berlarut2 dan akan membawa keperpecahan ummat pun akhirnya bersedia keluar dari rumah beliau di Medinah untuk menemui Ali di Basrah. keluarnya Aisyah, dijadikan fitnah oleh kaum munafiq dan pengikut abdullah bin saba' dengan mengatakan Aisyah membenci Ali dan hendak memerangi Ali. Fitnah inilah yang membuat kelompok Syi'ah yang termakan hasutan membenci Aisyah RA. Tujuan Aisyah ke Basrah untuk menyatukan umat Islam, bukan beperang atau memberontak terhadap Ali radhiallahu ‘anh. Pasukan Ali r.a. pun pergi ke Basrah bukan untuk memerangi pasukan Aisyah, tapi untuk bersatu dengan mereka guna menghadapi peristiwa pembunuhan Usman r.a. Jika tujuannya untuk mempersatukan umat Islam, kenapa terjadi peperangan antara pasukan Aisyah dan Ali?

Sebenarnya ada orang-orang yang membunuh Usman (Sejarah Terbunuhnya Usman r.a.) menyamar di antara umat Islam . Mereka tidak suka melihat Aisyah dan Ali bersatu. Oleh karena itu mereka merencanakan untuk mengadu domba mereka. Setelah islah antara Aisyah dan Ali tersepakati, keesokan paginya, para pembunuh Usman menyerang pasukan Aisyah yang sedang tidur dengan nyenyaknya. Pasukan Aisyah kaget dan menyangka pasukan Ali mengkhianati mereka. Untuk mempertahankan diri mereka, pasukan Aisyah menyerang pasukan Ali. Pasukan Ali menyangka pasukan Aisyah telah mengkhianati mereka. Akibatnya terjadilah perang Jamal yang dimana dimenangkan oleh Ali. Akan tetapi, pertempuran ini banyak menumpahkan darah sesama muslim.

Aisyah yang menyadari pertumpahan darah sesama muslim ini sangat menyesali diri kenapa ia tidak bisa mencegah dan meluruskan kesalahpahaman ini sehingga harus melihat antar ummat islam saling berperang hanya karena kesalahpahaman tersbut. Setelah perang Jamal berakhir, Aisyah meminta Ali untuk memulangkannya ke Madinah. Dan setelah itu, Aisyah tidak mau lagi ikut campur dalam urusan politik dan mempercayakannya kepada Ali. Dan Ali pun memulangkan Aisyah dengan selamat dan penuh rasa hormat dengan pengawalan dari saudara sepupu Aisyah dan beberapa pengawal wanita yang menyamar menjadi prajurit untuk menjaga kehormatan Aisyah agar tidak terjadi fitnah terhadap diri Aisyah.

Pada saat Aisyah akan bertolak ke Madinah, saat itu Ummul Mukminin Aisyah ra berkata; “Wahai anakku janganlah diantara kita saling menyalahkan”. Kemudian Khalifah Ali ra berkata;"Sesungguhnya ibunda Aisyah adalah istri Rosululloh didunia dan di akhirat." Hal ini menampakkan tiada kebencian diantara Aisyah terhadap Ali dan begitu pula dengan Ali kepada Aisyah.

Sungguh sangat menyesakkan, bahwa sebagian kisah tentang perang Jamal ini banyak dikisahkan kembali oleh pihak2 yang mengaku sebagai Syi'ah yang jelas2 telah melenceng dan menfitnah kemuliaan ibunda siti Aisyah r.a, salah satu istri Rasul yang berakhlak mulia, digambarkan sebagai sosok yang penuh dendam, dengki dan kebencian kepada Ali. Naudzubillah mindzalik. Tentu hal ini semakin mengobarkan kebencian para ummat muslim lainnya kepada kelompok yang telah melakukan fitnah terhadap ibunda Asiyah r.a dan sekaligus menyudutkan citra kelompok Syi'ah yang dituduh telah menyebarkan fitnahan dan cacian kepada Aisyah dan para sahabat. Dan disayangkan, beberapa aliran Syi'ah yang sudah terpecah dan melenceng, menerima versi fitnah atas diri Aisyah dan para sahabat tersebut sehingga semakin memperburuk citra Syi'ah yang sesungguhnya di mata ummat muslim lainnya.

PERPECAHAN DIDALAM ALIRAN SYI'AH

Dengan bergulirnya massa. Kelompok-kelompok Syi'ah ini sudahpun terpecah-pecah, sebagaimana yang juga terjadi dikelompok2 islam lainnya. bahkan, mayoritas agama langit seperti agama Yahudi, Kristen, Majusi dan Islam mengalami realita tersebut di atas. Terjadi perbedaan pendapat di antara para pemeluknya dalam menentukan siapakah yang berhak menjadi pemimpin sebagai penerusnya atau tak jarang dipengaruhi oleh politik dan kekuasaan bisa melatarbelakangi perpecahan dari sebuah madzhab. Dengan demikian, akan muncul aliran baru yang merupakan cabang dari mazhab itu.

Pada masa hidupnya Imam Ali a.s, Imam Hasan a.s. dan Imam Husein a.s. tidak terjadi perpecahan dalam tubuh mazhab Syi’ah. Setelah Imam Husein a.s. meninggal secara syahid, mayoritas pengikut Syi’ah menjadikan Imam Ali As-Sajjad a.s. sebagai imam keempat dan kelompok minoritas yang dikenal dengan sebutan “Kaisaniyah” menjadikan putra ketiga Imam Ali a.s. yang bernama Muhammad bin Hanafiah sebagai imam keempat dan mereka meyakini bahwa ia adalah Imam Mahdi a.s. yang ghaib di gunung Ridhawi. Di akhir zaman ia akan muncul kembali.

Setelah Imam Sajjad a.s. syahid, mayoritas pengikut Syi’ah mengakui Imam Baqir a.s., putranya sebagai imam Syi’ah dan kelompok minoritas meyakini Zaid, putranya yang lain sebagai penggantinya. Kelompok ini akhirnya dikenal dengan nama Syi’ah Zaidiyah.

Pasca syahadah Imam Baqir a.s., para pengikut Syi’ah menjadikan Imam Ja’far Ash-Shadiq a.s., putranya sebagai imam keenam Syi’ah. Dan setelah Imam Shadiq a.s. syahid, para pengikut Syi’ah terpecah menjadi lima golongan:

a. Kelompok pertama. Mayoritas pengikut Syi’ah yang meyakini Imam Musa Al-Kazhim a.s, putranya Imam Ridha a.s sebagai imam Syi’ah yang ketujuh. Imam Ridha a.s. mengangkat putranya sebagai imam Syi’ah yang kedelapan dan kelompok minoritas dari mereka mengingkari imamahnya dan menjadikan Imam Kazhim a.s. sebagai imam Syi’ah terakhir. Kelompok ini akhirnya dikenal dengan nama “Syi’ah Waqifiyah”.
b. Kelompok kedua menjadikan putra sulungnya yang bernama Ismail sebagai imam Syi’ah yang ketujuh. Kelompok ini akhirnya dikenal dengan nama “Syi’ah Ismailiyah”.
c. Kelompok ketiga menjadikan putranya yang bernama Abdullah Al-Afthah sebagai imam Syi’ah yang ketujuh. Kelompok ini akhirnya dikenal dengan nama “Syi’ah Fathahiyah”.
d. Kelompok keempat menjadikan putranya yang bernama Muhammad sebagai imam Syi’ah yang ketujuh.
e. Kelompok kelima menganggap bahwa Imam Shadiq a.s. adalah imam Syi’ah terakhir dan tidak ada imam lagi sepeningalnya.

Setelah Imam Ridha a.s. syahid hingga lahirnya Imam Mahdi a.s., di dalam tubuh Syi’ah tidak terjadi perpecahan yang berarti. Jika terjadi perpecahan pun, itu hanya berlangsung beberapa hari dan setelah itu sirna dengan sendirinya. Seperti peristiwa Ja’far bin Imam Ali Al-Hadi a.s., saudara Imam Hasan Al-Askari a.s. yang mengaku dirinya sebagai imam Syi’ah setelah saudaranya syahid.

Dari kelima aliran Syi'ah diatas akhirnya berkembang dan terpecah menjadi 22 aliran Syi'ah. Akan tetapi, Mia baru bisa mendapatkan 11 informasi dari aliran syi'ah ini. Tiga dari 22 aliran Syi'ah yang terbesar yang hingga sekarang masih memiliki pengikut yang tidak sedikit, sedangkan selebihnya mempunyai sedikit pengikut. Tiga aliran Syi’ah terbesar tersebut adalah:
1. Syi’ah Zaidiyah
2. Syi’ah Ismailiyah terpecah lagi menjadi
a. Bathiniyah, yang nanti terpecah lagi menjadi dua yaitu;
- Nazzariyah yang dikenal jg sbg Aqa-khaniyah
- Musta’liyah
b. Duruziyah yang pada akhirnya para pengikutnya kembali ke bathiniyah
c. Muqanni’iyah yang juga para pengikutnya kembali ke bathiniyah
3. Syi’ah Imamiah Itsna ‘Asyariyah.

dari ketiga aliran syi'ah tersebut, aliran bathiniyah pecahan dari Ismaliyah yang sangat berbeda ajarannya dibandingkan dua aliran syi'ah lainnya. Perbedaan mendasar antara Syi’ah Imamiah, Syi’ah Zaidiyah dan Syi’ah Ismailiyah. Syi’ah Zaidiyah meyakini bahwa imamah bukanlah hak prerogatif Ahlul Bayt a.s. saja dan para imam tidak berjumlah dua belas orang serta mereka tidak mengikuti fiqih Ahlul Bayt a.s. Sementara, Syi’ah Ismailiyah meyakini bahwa para imam berjumlah tujuh orang, Rasulullah SAWW bukanlah penutup para nabi dan hukum-hukum syari’at bisa dirubah. Bahkan --menurut keyakinan Bathiniyah-- kewajiban manusia sebagai makhluk Allah (taklif) bisa dihapus total. Sedangkan aliran Syi'ah imamiah itsna 'Asyariyah, Mereka meyakini bahwa Rasulullah SAWW adalah penutup semua nabi dan para imam a.s. tersebut --berdasarkan hadis-hadis mutawatir yang disabdakan olehnya-- berjumlah dua belas orang, tidak lebih dan tidak kurang dan syi'ah imamiyah ini hanya memandang hak imamah pada Ahlul Bait dari garis keturunan Fatimah yang kemudian diteruskan oleh garis keturunan Al-Husein. Mereka juga meyakini bahwa Al Quran mencakup semua hukum yang diperlukan oleh kehidupan manusia dan hukum-hukum tersebut tidak akan pernah mengalami perubahan dan renovasi. Bahkan hukum-hukum tersebut adalah kekal dan abadi hingga hari kiamat.

dan ada 7 aliran Syi'ah lainnya akan tetapi tidak begitu banyak pengikutnya, yaitu
4. Syi'ah Gulat adalah kelompok syiah yang difatwa sesat, karena mereka secara jelas mengatakan Ali bin Abi Thalib adalah Tuhan, bahkan al Jahd mengatakan ruh Allah adalah ruh Ali bin Abi Thalib.
5. Syi'ah kaisaniyah yang pengikutnya membaiat Muhammad bin Ali atau Muhammad bin Muafiyah sebagai Imam Mahdi yang akan muncul kembali di akhir zaman
6. Syi'ah Rafidlah, yang juga dianggap sesat karena terkenal sebagai kelompok yang ekstrim dalam mencela sahabat dan Aisyah ra. Bahkan, kelompok ini hampir mirip dengan aliran Syi'ah Nazariyyah yang merupakan pecahan dari Syi'ah Ismailiyah, yang menghalalkan darah sesama muslim yang diluar Syi'ah. Sehingga kelompok Syi'ah Rafidlah ini terkenal dengan kekejamannya membantai ummat islam beraliran Sunni di Irak.
7. Syi'ah Mu'tadilah adalah kelompok Syi'ah yang tidak berkeyakinan Ghulat dan tidak bersikap seperti kelompok Syi'ah Rafidlah. Mereka hanya mendukung/mengutamakan Ali ra saja di atas sahabat yang lain, dan lebih mengedapankan riwayat ahlulbait daripada riwayat yang lain, secara zahir mereka tetap menghormati para sahabat Nabi saw., sedang batinnya hanya Allah Swt. Yang Mahatahu, hanya saja mereka tidak segan-segan mengajukan kritik terhadap sejumlah sahabat secara ilmiah dan elegan.
8. Syi’ah Almukhlasin Yaitu sekolompok siyi’ah yang pada waktu Ali bin Abi Thalaib RA menjadi khalifah sudah ada. Mereka terdiri dari nuhajirin dan Anshar yang mendukung Ali bin Abi Thalib sebagai khlifah. Mereka tidak mengkafirkan, mencaci, menghina dan membenci shahabat, mereka juga berpegang teguh dengan ajaran Allah dan rasulnya.
9. Syi’ah Tafdliliyah adalah kelompok yang sepenuhnya mendukung Khalifah Ali bin Abi Thalaib sebagai khlifah, melebihi sahabat lainnya. Mereka mengkafirkan, mencaci, menghina dan membenci shahabat nabi SAW. Seperti Umar dan Utsman Bin Affan.
10. Syi’ah As-Saba’iyah. Kelompok Syi’ah ini disebut juga syi’ah at-Tabriyah. Syi’ah inilah mengkafirkan, mencaci, menghina dan membenci shahabat nabi SAW. Seperti Umar dan Utsman Bin Affan. Mereka berlebihan memuji, membela dan menganggap Ali Bin Abi Thalib adalah nabi dan bahkan ada yang menganggap Ali adalah Tuhan, seperti Abdullah bi Saba’ yahudi teluen yang membidani berdirinya kelompok syi’ah Saba’iyah. Para pengikut Saba'iyah yang sudah melenceng ini diperangi oleh Ali sendiri. Tetapi sayangnya Abdullah bin saba' berhasil melarikan diri ke Mesir dan melanjutkan provokasinya dan mendalangi kematian Utsman bin Affan sehingga memicu perpecahan ummat islam semakin besar.
11. Syiah Qaramithah, yaitu Syiah yang sering menafsirkan Alquran sesuka hatinya. Mereka mengatakan bahwa malaikat adalah muballig mereka dan Syaitan adalah musuh mereka, yang dinamakan sembahyang adalah mengikuti mereka, haji adalah adalah ziarah kepada imam, puasa ialah tidak membuka rahasia imam.

KEDUDUKAN SAHABAT (AHLUL SUNNAH) DAN KELUARGA (AHLUK BAYT) DIMATA RASUL

Yang menjadi perbedaan antara Sunni dan Syi'ah pada awalnya hanyalah pada permasalahan politik yaitu mengenai tampuk kepemimpinan (khalifah) ummat islam setelah meninggalnya Rasulullah. Yang dimana kelompok Sunni berpendapat, bahwa tampuk kepemimpinan dipegang oleh para sahabat dekat Rasul yaitu Abu bakar, Umar bin khattab, Utsman bin affan (Ahlul Sunnah). Sedangkan kelompok Syi'ah berpendapat, bahwa tampuk kepemimpinan rasul sepantasnya diteruskan oleh keluarga dan keturunan beliau yaitu Ali bin abi thalib (sahabat sekaligus menantu rasul), Hasan dan Husein dan keturunannya (Ahlul Bayt).

Akan tetapi, perlu digarisbawahi, pada awalnya walau kelompok Sunni memilih kepemimpinan Ahlul Sunnah, akan tetapi mereka tidaklah mencela keluarga Rasul dan keturunannya. Dan begitu juga dengan kelompok Syi'ah, walau mereka mendukung Ahlul Bayt, akan tetapi mereka tidak mencela para sahabat. Akan tetapi, semenjak fitnah yang dilancarkan oleh Abdullah bin saba', sehingga memecahbelahkan antara kelompok Sunni dan Syi'ah, tak jarang mereka saling menghina satu sama lainnya bahkan menghina para sahabat dan keluarga rasul.

Kelompok2 ekstrim inilah yang mengaku mencintai rasul, tetapi menghina apa yang dicintai oleh Rasul. Karena baik kedudukan para sahabat dan keluarga rasul sama-sama mendapat kedudukan yang penting dan dimuliakan oleh rasul sendiri.

Sebagaimana kita ketahui, Rasul mempunyai banyak sahabat yang berjuang disisi beliau. Jika untuk jumlah, ada definisi yang dijabarkan oleh Abu Zur'ah Ar Razi tentang jumlah orang yang tergolong sahabat Nabi:

شهد معه حجة الوداع أربعون ألفاً، وكان معه بتبوك سبعون ألفاً، وقبض عليه الصلاة والسلام عن مائة ألف وأربعة عشر ألفاً من الصحابة

Empat puluh ribu orang sahabat Nabi ikut berhaji wada bersama Rasulullah. Pada masa sebelumnya 70.000 orang sahabat Nabi ikut bersama Nabi dalam perang Tabuk. Dan ketika Rasulullah wafat, ada sejumlah 114.000 orang sahabat Nabi" (Al Ba’its Al Hatsits (1/25)

Selain itu, ada dua pendapat mengenai definisi dari kata sahabat Rasul ini:
1. Sahabat semuanya adil dan mereka adalah para mujtahid. Ini adalah pendapat Ahlul Sunnah wal-Jama'ah.
2. Sahabat seperti orang lain, ada yang adil dan ada yang fasiq karena mereka dinilai berdasarkan perbuatan mereka. Justru itu yang baik diberi ganjaran karena kebaikannya. Sebaliknya yang jahat dibalas dengan kejahatannya. Ini adalah pendapat mazhab AhlulBait Rasulullah saw./Syi'ah/Imam Dua belas.

Dan untuk para sahabat tersebut, rasul sendiri memuji mereka

لا تزالون بخير ما دام فيكم من رآني وصاحبني ومن رأى من رآني ومن رأى من رأى من رآني

Kebaikan akan tetap ada selama diantara kalian ada orang yang pernah melihatku dan para sahabatku, dan orang yang pernah melihat para sahabatku (tabi’in) dan orang yang pernah melihat orang yang melihat sahabatku (tabi’ut tabi’in)"

Akan tetapi, dari puluhan ribu para sahabat Rasul yang dikatakan sebagai manusia yang terbaik pada zamannya tersebut, ada 4 sahabat utama yang sangat dicintai dan dipercayai oleh Rasul. Dan untuk mereka, Rasul sendiri mempunyai pujian khusus yang mencerminkan kedudukan mereka dimuliaan dan dicintai oleh Rasul. Yaitu, Abu Bakar, Ummar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib.

Kecintaan Rasul kepada para sahabat utama beliau bisa kita lihat dengan pujian yang diberikan beliau kepada para sahabat yang dicintainya. Seperti kepada Abu Bakar, Rasul pernah memuliakannya karena sifat keadilan, kebenaran dan dermawan yang dimiliki Abu Bakar. "Andaikata kualitas keimanan Abu Bakar dan manusia sejagad ditimbang, tentu akan lebih berat kualitas keimanan Abu Bakar." Selain itu, beliau memberikan julukan Ash Shiddiq (artinya 'yang berkata benar') kepada Abu Bakar yang akhirnya orang-orangpun memanggil beliau dengan nama Abu Bakar Ash Shiddiq. Dan Rasulullah pun pernah bersabda,


“Sesungguhnya orang yang paling berjasa kepadaku dengan ikatan persahabatan dan dukungan hartanya adalah Abu Bakar. Seandainya aku boleh mengangkat seorang Khalil -kekasih terdekat- selain Rabb-ku niscaya akan aku jadikan Abu Bakar sebagai Khalil-ku. Namun, cukuplah -antara aku dengan Abu Bakar- ikatan persaudaraan dan saling mencintai karena Islam. Dan tidak boleh ada satu pun pintu yang tersisa di [dinding] masjid ini kecuali pintu Abu Bakar. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya, di Kitab Fadha’il ash-Shahabah

Dan kepada Umar, Rasul memuliakan akhlaknya yang tegas dan keberaniannya membela agama Allah dengan perkataan. "jika kalian menjadikan Umar sebagai pemimpin, kalian akan menemukan dia seorang yang kuat, amanah, berjihad di jalan Allah, dan tidak takut celaan orang yang suka mencela."

Dan Utsman bin Affan yang mendapat perlakuan khusus dan dimuliakan oleh Rasulullah dikarenakan sifatnya yang pemalu dan perilakunya yang penuh adab dan kesopanan. Diriwayatkan Aisyah bertanya kepada Rasulullah Saw, "Abu Bakar masuk tapi engkau biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus, lalu Umar masuk engkau pun biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus. Akan tetapi ketika Utsman masuk engkau terus duduk dan membetulkan pakaian, mengapa?’ Rasullullah menjawab, “Apakah aku tidak malu terhadap orang yang malaikat saja malu kepadanya?”

Ketiga sahabat ini dipuji oleh Rasul dengan perkataan, "Yang paling penyayang di antara kalian dialah Abu Bakar, yang paling keras dalam agama Allah SWT dialah Umar, dan yang paling besar rasa malu nya dialah Utsman"

Dan kepada Ali, sahabat nabi paling muda usianya dan sekaligus sepupu dan menantu beliau. Rasul memuliakan kepribadian Ali yang cerdas, pintar, jenius dan energetik. Ia menguasai banyak ilmu, seperti fikih, hisab, zuhud, tasawuf, ilmu kalam, dll. beliau juga selalu menjadi rujukan khalifah-khalifah sebelum dirinya untuk menetapkan hukum terutama Umar, yang sering meminta pendapat Ali dalam mengambil keputusan. Kecerdasan Ali ini dipuji oleh Rasul, "jika aku ini adalah kota ilmu, maka Ali adalah pintu gerbangnya".

Dan bahkan Ali pernah ditunjuk Rasul untuk membawa bendera panji Islam diperang Badar disaat usianya masih terhitung sangat muda. Dikala ummat islam terdesak dengan jumlah musuh yang 10x lipat lebih banyak, Ali terus berjuang dan maju digaris terdepan tanpa gentar. Semangat dan perjuangan Ali inilah yang akhirnya menyatukan kembali semangat para pejuang dan mengantarkan mereka kepada kemenangan. Dan begitu pula disaat perang Uhud dan perang Khandak (Ahzab), Ali telah membuktikan kecintaannya untuk memperjuangkan agama Allah dan pembelaannya kepada Rasulullah. Sehingga Rasul pernah bersabda,
"peperangan Ali dengan ‘Amr lebih utama dari amalan umatku hingga hari kiamat kelak",

Ketika Ali berhadapan dengan Amr bin Abdi wud, seorang pemimpin pasukan dari pihak musuh yang terkenal keperkasaannya. Dan Ali berhasil mengalahkan Amr didalam perang Khandak tsb. Dan juga peristiwa penaklukan benteng Khaibar, yang dimana Abu bakar dan Umar sekalipun tidak bisa menaklukkan benteng Khaibar, Ali akhirnya berhasil membawakan kemenangan setelah kepemimpinan diserahkan ke tangan Ali.

Masih banyak kemuliaan para sahabat yang dipuji langsung oleh Rasulullah. Oleh karena itu, Rasul sendiri mengecam orang-orang yang mencela dan menghinakan para sahabatnya.

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

لا تسبوا أصحابي ، فلو أن أحدكم أنفق مثل أحد ذهبا ، ما بلغ مد أحدهم ولا نصيف


“Jangan engkau cela sahabatku, andai ada diantara kalian yang berinfaq emas sebesar gunung Uhud, tetap tidak akan bisa menyamai pahala infaq sahabatku yang hanya satu mud (satu genggam), bahkan tidak menyamai setengahnya” (HR. Bukhari no. 3673, Muslim no. 2540)

Selain kecintaan beliau terhadap para sahabatnya, Rasulullah sangat mencintai keluarga dan keturunan beliau. Seperti sabda Rasul. "Rasulullah saw. bersabda "Siapa menyakiti Fatimah, dia menyakitiku, dan siapa menyakitiku, dia menyakiti Allah" "Siapa menyakiti Ali, sesungguhnya dia menyakitiku, dan siapa yang menyakitiku, dia menyakiti Allah" "al-Hasan dan al-Husain kedua-dua mereka adalah pemuda Syurga" (al-Qunduzi al-Hanafi, Yanabi' al-Mawaddah, hlm. 129-131 dan lain-lain).

Dan juga wasiat beliau kepada ummat islam,
"Kutinggalkan di tengah kalian dua peninggalanku: Kitabullah, sebagai tali yang terentang dari langit sampai ke bumi, dan keturunanku, ahlul baytku. Dua-duanya itu sungguh tidak akan terpisah hingga saat kembali kepadaku di haudh (telaga di surga)."


Jadi sudah jelas, kedudukan para sahabat terutama Abu Bakar, Umar Bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib dengan kedudukan keluarga dan keturunan Rasul yaitu Ali bin Abi Thalib, Fatimah RA, al Hasan dan al Husein dihati Rasul. Baik ahlul sunnah dan ahlul bayt beserta istri-istri rasul lainnya, mempunyai tempat yang mulia dan kecintaan istimewa terhadap mereka. Akankah pantas kita untuk mencela dan menghina salah satu darinya?


"Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara. Karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu itu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat ." (Q.S. Al-Hujurat : 10 )


sumber lainnya - http://news.okezone.com/read/2012/01/01/337/550019/mui-pusat-syiah-tidak-sesat
                       - http://www.lastiko.web.id/2011/01/sejarah-ringkas-perang-jamal-antara-ali.html
                       - http://www.al-shia.org/html/id/shia/moarrefi/3.htm
                       - http://www.surgamakalah.com/2010/12/syiah.html
                       - http://tazhimussunnah.com/buletin/82-mengenal-tentang-syiah-rafidhah.html
                       - http://wahanakreasi4.blogspot.com/2010/12/syiah-sabaiyah-dan-syiah-ghulat.html
                       - http://ejajufri.wordpress.com/2010/02/19/sikap-fpi-terhadap-syiah-dan-wahabi/
                       - dan sumber lainnya