Jumat, 06 Desember 2013

Pengabulan Doa: Hati, Ikhtiar dan Tawakal

Sungguh, Allah Maha Mempertemukan apa saja yang di KehendakiNya dan Sang Pemberi Hidayah yang luar biasa. Sebuah pelajaran sangat berharga saya dapatkan dari seorang teman saya di san fransisco yang baru saja menjadi muallaf.

Pertemuan saya dengan teman ini salah satu pertemuan yang bisa saya bilang biasa-biasa saja sebagai salah seorang pecinta game strategi perang, tapi baru beberapa tahun ini saya mencoba bermain game online sehingga saya banyak bertemu dengan orang dari berbagai belahan dunia yang ada beberapanya menjadi berteman dengan saya. Salah satunya teman saya yang bernama Christopher Collend ini (sekarang bernama Yusuf Mustafa Collend). Yang menjadi luar biasanya, sebuah peristiwa yang baru kali ini saya alami yang sampai sekarangpun saya masih merasa 'unbelieveable', percaya tidak percaya, hidayah Allah turun kepada kami melalui persahabatan di game online ini. Tidak hanya dia saja yang mendapat sebuah pelajaran tetapi walau teman saya ini baru saja menjadi muallaf, tapi siapa disangka, saya mendapat BANYAK pelajaran dan perenungan luar biasa dari beliau. Jika boleh jujur, saat ini saya merasa sangat bahagia, senang dan terharu dengan hidayah yang mau ia terima kedalam pangkuannya. Tapi ada juga perasaan cemburu dan iri bahwa saya sebagai muslim dari lahir merasa jauh tertinggal dengan kemuslimannya. Saya merasa cemburu dengannya karena dia pasti berhasil mencuri cinta Allah kepada dirinya. Masa kita  yang udah sejak lahir mendapat nikmat islam kalah mendapatkan cinta Allah dengan yang baru memeluknya hehehe (cemburu mode on). Karena itu. saya ga mau kalah dong. Semoga pelajaran ini membuat saya dan kita semua bisa melecut diri untuk menjadi seorang muslim yang lebih baik lagi sehingga bisa mendapatkan cinta Allah.

"Maka ber lomba2 lah kamu dalam berbuat kebaikan". (Al-Baqarah ayat 148)

Oke, secara singkat,selama dua bulan berteman dengan Chris atau panggilannya skrg adalah Yusuf, kami sering bertukar pikiran dan pendapat. Terlebih, ternyata kami mempunyai banyak kesamaan pikiran dan pencarian berhubungan dengan agama dan Tuhan. Kesamaan yang lebih mengejutkan, pencarian ini telah sama-sama kami lakukan semenjak masih balita, sebelum berumur 5 tahun (saya ingat belum masuk ke TK saat pikiran-pikiran mengenai Tuhan, tujuan hidup/manusia dan sederet pertanyaan-pertanyaan lainnya mengenai kehidupan ini). Dan jangan tanyakan kenapa diumur segitu saya sudah punya pemikiran 'berat' seperti itu, saya sendiri juga tidak tahu :D dan ternyata Chris juga mengalami hal yang sama. Dan persamaan kami lainnya, orang-orang sekitar kami tidak mampu memuaskan rasa penasaran dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.  Bahkan dari pemuka agama ditempat kami.

Hanya bedanya, jika orang-orang sekeliling saya hanya menanggapi dengan jawaban yang saya 'rasa' dangkal waktu itu dan merasa belum bisa menjawab pertanyaan2 saya itu (entah mungkin karena saya masih kecil jadinya mereka menganggap tidak serius pertanyaan saya itu) dan jika saya tetap bertanya maka jawaban terakhir mereka, "jika kamu sudah besar nanti kamu akan mengerti sendiri, sekarang ga usah nanya aneh2 gitu". Yusuf juga mendapat perlakuan yang sama dengan mendapat jawaban ala kadarnya akan tetapi dia mendapat perlakuan yang lebih ekstrim dari pemuka agamanya, ia 'dikembalikan' kepada orangtuanya dan dianggap bisa 'merusak' keimanan murid2 lainnya dengan pertanyaan-pertanyaannya.

Kesamaan lainnya, karena 'penolakan' yang kami dapatkan dan jawaban yang tidak memuaskan tersebut, akhirnya kami belajar sendiri dari buku-buku agama masing-masing. Akan tetapi, memang belajar dengan bimbingan guru berbeda dengan hanya didapat dari buku. Memang ada beberapa pengetahuan yang kami dapatkan tapi tetap belum bisa membuat kami mendapatkan kebenaran yang kami cari dan kebingungan harus bertanya kepada siapa jika ad apertanyaan2 baru yang muncul. Akhirnya kami mulai menengok ke agama lain dalam rangka pencarian Tuhan tersebut. Akan tetapi waktu itu walau Yusuf tergerak mempelajari agama lain tetapi dia enggan mempelajari dan mengenal islam dikarenakan dilingkungannya citra agama islam sangat buruk. Itu menjadi alasannya tidak pernah mau mempelajari islam.

Dan pada akhirnya, yang membedakan jalan kami, walau saya mempelajari agama lain tapi saya masih mempertahankan identitas saya sebagai seorang muslim walau pencarian saya saat itu masih belum menemukan jawabannya. Akan tetapi Yusuf dalam masa pencariannya dikarenakan kekecewaannya tidak mendapatkan jawaban yang ia cari, ia akhirnya memutuskan untuk meninggalkan agamanya karena tidak menemukan jawaban didalam agamanya. Akan tetapi, dia tetap mempercaya Tuhan. Tetapi dia bingung agama manakah yang akan mengantarkannya pada kebenaran Tuhan yang bisa ia terima dengan akal pikiran dan keimanannya? Karena itulah selama bertahun-tahun dia meniadakan agama untuk dirinya akan tetapi dihatinya tetap yakin Tuhan itu ada.

Alasan sederhana dia meyakini Tuhan itu ada adalah dari sebuah pemikirannya yang sederhana. "Setiap hasil karya/ciptaaan pasti ada yang menciptakannya" atau "setiap desain pasti ada yang mendesainnya". Hal itu ia sadari ketika ia masih TK, saat pelajaran menggambar alam. Dan pada umumnya gambar anak TK banyak yang  acak-acakan tak berbentuk. Kebetulan Yusuf yang memang berbakat menggambar sejak kecil (makanya sekarang ia menjadi seorang arsitek), ia pun berpikir, "Jika saja gambar jelek itu ada yang membuatnya,pasti bumi dan langit yang rumit dan indah ini ada yang menciptakannya." Hal itulah dasar keyakinannya mempercayai Tuhan itu ada. Setelah ia dewasa, ia pun terpesona dengan kedetailan rancangan alam dan juga rancangan biologis dan fisik makhluk hidup yang sangat rumit, dan bahkan hal-hal terkecil sekalipun mempunyai tugas dan fungsinya masing2. Tidak mungkin hal sedetail itu tercipta begitu saja. Bangunan yang hebat saja dirancang dengan sedetail mungkin, dan rancangan-rancangan lainnya seperti mobil, robot dll. Apalagi makhluk hidup dan alam yang lebih rumit daripada rancangan2 yang dibuat oleh manusia, pasti ada yang menciptakan ini semua. Akan tetapi, jalan ia untuk menemukan 'perancang hebat' yang ia cari itulah yang tidak ia temukan sampai akhirnya ia berputus asa dan menjalani 'caranya' sendiri dalam menjalani hidupnya. Akan tetapi hati kecilnya tetap merasa tidak nyaman, karena ia tidak mempunyai aturan yang pasti untuk menjalani hidupnya dan cara berinteraksi dengan Tuhan kecuali berdoa seolah-olah ia sedang berbicara dengan Tuhan. Akhirnya, semakin lama ia semakin terbiasa menjalani hidup dengan caranya sendiri tersebut.

Sampai akhirnya ketika kami berteman dan saling menceritakan pengalaman masing-masing, karena adanya kemiripan 'latar belakang' kami mengenai pencarian tersebut, membuat ia terbuka dengan saya. Dan karena saya sudah melewati fase pencarian tersebut sehingga kami bisa cepat memahami spikiran satu sama lainnya dan alhamdulillah, walau menghabiskan waktu bertahun-tahun, Allah meridhoi dan akhirnya saya menemukan jawaban yang saya cari tersebut pada akhirnya dan Alhamdulillah sekali lagi, selama pencarian tersebut Allah tetap menjaga aqidah dan jalan saya sehingga saya tetap terjaga dalam jalan islam. Itu karunia yang sangat saya syukuri, karena Allah masih menjaga saya tidak tersesat dalam masa pencarian tersebut. Sungguh, ga berani saya membayangkan jika jalan yang saya lalui sama seperti dilalui Yusuf yaitu sempat menjadi tanpa agama terlebih dahulu. Ya Allah ya Rabb... alhamdulillah Engkau selalu menjagaku tidak berbuat kesalahan yang besar dimasa pencarian tersebut dan tetap menjagaku dalam iman islam. Dan karunia terbesar setelah itu, Allah mengizinkan memberikan pencerahannya sehingga keimanan ini tidak hanya berupa sekedar iman 'warisan' dari keturunan, akan tetapi ini adalah keimanan yang berasal dari pilihan saya sendiri (itulah salah satu membuat saya terdorong mencari kebenaran tersebut karena saya ingin memilih jalan berdasarkan atas pilihan keimanan yang saya yakini sendiri. Bukan karena ikut-ikutan atau karena 'warisan' keturunan. Karena saya ingin beribadah atas kesadaran sendiri, karena saya ingin beribadah dengan ikhlas kepadaNya. Bukan karena paksaan atau ikut2an atau demi siapapun kecuali demi yang telah menciptakan saya)

Dan waktu itu Yusuf sempat bertanya kepada saya, kenapa dimasa pencarian tersebut dan disaat kamu belum menemukan jawaban atas apa yang kamu cari, kamu tidak keluar dari islam?

Saya menjawab, pernah sempat terlintas dahulunya untuk kelaur dari agama saya (naudzubillahmindzalik), bohong jika tidak ada dorongan tersebut. Pikiran saya waktu itu, agar saya bisa menilai setiap ajaran dengan cara yang fair, tidak memihak karena saat ini agama itu adalah agama saya (Yusuf pun menyetujui, karena dia juga sempat terpikir seperti itu dan itu juga menjadi salah satu faktor kenapa akhirnya dia memutuskan tidak menganut agama apapun dulu selain rasa kekecewaan tdk mendapatkan jawaban yang ia cari). Akan tetapi, ada satu hal yang membuat saya menahan langkah tersebut.

Apa itu? tanya Yusuf

Hati. Jawab saya. Ya, walau dalam logika pikiran saya agar adanya keadilan dalam menilai maka kita perlu abstain dulu, tidak memihak dll. Akan tetapi, entah kenapa hati ini terasa sangat berat dan ada perasaan bersalah luar biasa terutama dengan kata murtad. Dan pikiran itu datang disaat saya masih SD, kira-kira kelas 3 SD. Walau disaat itu saya hanya mengerti pengertian kata murtad, keluar dari islam. tapi saya tidak pernah tau apa konsekwensi nya dan dosanya apa (maklum, pelajarannya belum sampe kesana waktu itu :P) akan tetapi saya hanya tahu kata murtad itu dari keterangan orangtua saya yang ga tau kenapa kita membahas tentang murtad waktu itu. Dan saya yang belum pernah mendengar kata murtad sebelumnya, sayapun bertanya. Apa itu murtad? orangtua saya hanya menjawab, orang yang keluar dari islam. Just it, hanya itu saja yang saya tahu. Makanya ketika ada terlintas dalam pikiran untuk 'abstain' dulu dari agama islam dalam rangka menilai ajaran lain lebih adil (agama lain yang saya tau waktu itu adalah kristen advent, maklum, saya waktu TK bersekolah di sekolah Kristen advent karena sistem pendidikannya bagus. Dan saat itulah saya berkenalan dengan pastur dan sering bertanya2 tentang ajaran kristen dan bahkan sering dipinjami kitab untuk saya baca2. Saya dari kecil memang suka membaca terutama berhubungan dengan hal-hal agama walaupun diluar agama saya). Akan tetapi, ada bisikan hati yang saya belum bisa mengerti saat itu akan tetapi, bisikan hati itulah yang membuat saya takut luar biasa untuk meniadi murtad. Saya tidak tahu alasan saya takut, akan tetapi ketakutan itu mampu membuat saya menangis termehek2 dan merasa sangat bersalah luar biasa kepada Allah karena ada lintasan pikiran seperti itu (padahal waktu itu saya belum meyakini sepenuhnya agama yang saya anut) akan tetapi, bisikan hati itulah yang membuat saya tetap menjaga keislaman saya selama masa pencarian. Tapi sekarang saya paham, itulah yang dimaksud oleh rasulullah oleh bisikan qalbu. Mungkin karena disaat itu saya masih kecil, makanya hati masih terjaga kebersihannya. Dan Alhamdulillah, Allah lebih mencondongkan saya untuk mendengarkan hati saya daripada hawa pikiran saya saat itu dan terus menjaganya sampai disaat saya menemukan jawaban yang saya cari. Alhamdulillah

HATI (QALBU)

Bahwa manusia diberikan hawa nafsu yang bisa mengarahkan kita kepada keburukan akan tetapi Allah menganugrahkan kita hati (qalbu) yang mengarahkan kita kepada kebaikan. Hanya saja, qalbu kita dapat tercemar jika kita terbaisa melakukan perbuatan-perbuatan dosa. Contohnya, jika pertama kali kita ingin mencuri, ada desakan nafsu untuk menyuruh mengambil akan tetapi ada bisikan dihati berbicara untuk mencegah kita. Jika kita lebih menuruti hawa nafsu, maka walau ada kepuasan yang terasa dari 'hasil' yang didapat, akan tetapi disudut hati paling dalam ada perasaan bersalah. Akan tetapi, jika perbuatan ini terus menerus berulang-ulang dilakukan, ditambah dengan berbagai perbuatan dosa lainnya, kesucian qalbu ini semakin lama akan semakin kelam dan tumpul. Sehingga semakin lama kita semakin terbaisa melakukan perbuatan maksiat terus menerus dan mungkin malah semakin parah tingkatan levelnya tanpa adanya perasaan bersalah lagi.


Makanya berhati-hatilah, jangan menganggap remeh dosa walau sekecil apapun. Karena dari dosa-dosa kecil itulah jika 'ditabung' lama-lama akan menjadi noda-noda didalam hati dan pada akhirnya akan menghitamkan kebersihan qalbu kita sehingga ia menjadi tumpul dan kita akan semakin lebih mendengarkan hawa nafsu karena hati kita sudah pingsan atau bahkan udah mati. Salah satu pertanda matinya hati, kita lebih merasa nikmat dan gembira saat melakukan maksiat dan sangat terasa beraaaaaaat melakukan ibadah. Adapun kita beribadah, hanya sekedarnya saja (menggugurkan kewajiban belaka). Tapi dampak dari ibadah itu tidak membekas pada diri kita.

Oleh karena itu, kenapa Rasulullah selalu menyuruh kita untuk memperbanyak istighfar dan usahakan sholat taubat setiap hari. Agar qalbu kita bisa dapat dibersihkan dari dosa-dosa tersebut sehingga hati ini tidak mati dan akan tunduk kepada Allah dan takut untuk melakukan perbuatan dosa.

“Ketahuilah, sesungguhnya pada setiap jasad ada sekerat daging, apabila dia baik maka baik seluruh anggota jasad, apabila dia jelek maka jelek semua anggota jasad, ketahuilah dialah hati.” (HR. Bukhori)

Dan bagaimana cara kita membedakan mana panggilan hati dan mana panggilan nafsu? Panggilan hati selalu menyerukan kepada kebaikan, dan panggilan nafsu pada keburukan. Akan tetapi, perlu disikapi dengan hati2. Keburukan ini tidak hanya dalam bentuk maksiat semata, akan tetapi juga bisa dalam bentuk ibadah. Itulah halusnya jebakan setan, bahkan disaat kita beribadahpun bisa disesatkan oleh mereka. Jika setan menyesatkan orang ahli maksiat dengan kenikmatan bermaksiat, maka untuk orang rajin beribadah pun akan disesatkan oleh setan dengan perbuatan ghuluw (berlebihan). Sehingga kita beribadah dengan cara yang menurut kita 'indah' dan merasa inilah yang terbaik atau dengan kata lainnya beribadah dengan cara diluar yang telah disyariatkan.

Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus.” (Al-Ma’idah: 77 )

Oleh karena itu, kenapa Rasulullah mewajibkan kita untuk menuntut ilmu sampai akhir hayat agar kita mempunyai ilmu dalam melakukan suatu hal termasuk dalam beribadah sehingga ibadah kita tetap terjaga dan selamat karena terjaga dalam koridor syariat. Jika kita sudah tahu ilmunya, disanalah pilihan untuk kita, apakah mau mengamalkan sesuai dengan ilmu yang kita ketahui atau tetap melanggarnya dan membuat cara beribadah sesuai dengan cara kita.


IKHTIAR

Inilah yang diakui yang tidak maksimal dilakukan oleh Yusuf pada masa pencariannya dahulu. Panggilan hati untuk mencari kebenaran ada timbul apda dirinya, panggilan hati untuk mempelajari agamanya sendiri dan agama lain untuk mencari Tuhan, akan tetapi ia membiarkan hawa nafsunya mengalahkan kenginan hatinya dalam rangka mencari kebenaran. Ia mengakui, disaat itu ada panggilan dihatinya untuk mempelajari islam setelah ia mempelajari agama lain selain agama yang dianutnya saat itu. Akan tetapi, ia mengacuhkan panggilan hati tersebut hanya karena persepsinya tentang islam dikala itu sangat buruk, karena itu ia mengindahkan panggilan hatinya untuk berikhtiar mencari kebenaran islam dan lebih menuruti pikiran dan pertimbangan logikanya.

Akan tetapi, disaat akhirnya Allah memberikan dia berkenalan dengan islam melalui jalan 'aneh' ini yaitu melalui persahabatan kami di game online ini, Alhamdulillah, Allah memudahkan Yusuf untuk melapangkan hatinya untuk mengenali islam. Akhirnya selama dua bulan ini kami saling bertukar pikiran, Yusuf sangat aktif bertanya ini itu, dan yang sangat saya syukuri, kemauan dia untuk belajar dan mau 'melahap' informasi-informasi baik berupa bacaan maupun video-video ceramah yang saya berikan (terutama dari syeikh Yusuf Estes dan syeikh2 muallaf lainnya, karena rata2, latar belakang pencarian mereka dan pertanyaan2 yang timbul pada diri mereka mirip dengan pertanyaan-pertanyaan yang timbul pada diri kami dahulu. Dan dia banyak tersentuh dengan pemikiran dan perjalanan spiritual yang dialami oleh Yusuf Estes, dan doa yang sering dilantunkan oleh Yusuf Estes ketika mencari kebenaran dahulunya, adalah doa yang sering dia panjatkan kepada Tuhan. "Ya Tuhan, tunjukilah aku kedalam jalanmu yang lurus. Ke jalan yang Engkau pilihkan kebenarannya bukan jalan  orang-orang yang sesat. " Dan dia sangat terkesan, ternyata doa ini ada didalam ayat al fatihah. Oleh karena itu dia memakai nama Yusuf setelah menjadi muallaf karena banyak mendapatkan jawaban yang dia cari dari pengalaman dan pemikiran syeikh Yusuf Estes).


Selain itu, saya juga surprise tidak menyangka kalau ia benar-benar pergi menemui imam masjid di daerahnya untuk bertanya-tanya tentang islam. Selama ini, katanya dia sering melewati sebuah masjid yang kebetulan melewati jalan setiap ia pergi bekerja. Akan tetapi, tidak pernah terpikirkan untuk kesana bahkan ia tidak pernah memperdulikannya. Awalnya dia sempat ragu-ragu dan takut jika ia akan diusir jika kesana. Akan tetapi saya terus menyemangati dan mengatakan saya yakin, dia akan banyak bertemu dengan muallaf dari bangsanya sendiri disana. Dan biasanya, sudah banyak imam masjid di Amerika adalah muallaf Amerika sendiri. Dan saya menjamin bahwa keselamatannya akan tetap terjaga dan tidak akan di apa-apakan. Saya tidak pernah menduga, ternyata dia akhirnya benar-benar pergi menemui imam masjid disana dan ternyata sesuai dugaan saya, imam masjidnya memang seorang muallaf Amerika (dan dia sendiri terkejut, tidak pernah tahu kalau ada orang amerika yang menjadi muallaf disana, karena penampilan imam tersebut berjanggut sehingga dia mengira imam masjid tersebut orang arab). Dan dia banyak belajar dan bertukar pikiran disana dan dikejutkan, ternyata banyak orang-orang disana yang telah melewati proses pencarian yang sama seperti dirinya. Dia bercerita, selama berjam-jam dia tidak bisa menghentikan tangisannya yang ia sendiri tidak begitu paham mengapa ia bisa menangis.

Selain itu, dia banyak terkesan dengan ayat-ayat di Al quran yang dia baca di Al Quran online. Dan firman-firman Allah di Al Quran sangat terasa perbedaan tata bahasanya dengan kitab lainnya yang pernah dia baca, inilah Kalam Allah secara langsung bukan kalimat Allah yang sudah diversikan oleh berbagai macam manusia. Seolah-olah firman-firman tersebut langsung 'diucapkan' oleh Allah kepada utusanNya dan utusanNya menyampaikan kemanusia sama persis redaksinya dengan yang dikatakan Allah. Itulah perbedaan yang paling ia rasakan. Selain itu, ajaran dalam islam sangat mudah dicerna secara logika dan akal, tidak hanya melulu menuntut soal keimanan, akan tetapi ini adalah agama untuk orang-orang yang berpikir. Dan ia sangat tersentuh disaat membaca firman Allah "Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir" (Al Jaatsiyah 13). Inilah ajaran agama sempurna yang ia cari, yang tidak hanya menuntut keimanan dan mengenyampingkan logika atau bukan mengutamakan logika dan mengenyampingkan iman. Akan tetapi berjalan seimbang dan selaras antara kedua-keduanya sebagaimana akal dan hati dianugrahkan oleh Tuhan. Dan masih banyak hal2  lainnya yang ia dapatkan didalam Al Quran dan didalam ajaran islam. Seperti orang buta yang tiba-tiba melek dan bisa melihat apa yang ada dihadapannya. Katanya

Setelah itu, beberapa hari saya kehilangan kontak dengannya. Dan pada akhirnya, Minggu lalu saya mendapat email kejutan dari sahabat saya itu, bahwa ia dan istrinya sudah menjadi muallaf. Alhamdulillah, saya sendiri cukup luar biasa kaget mendengarnya karena sungguh tidak menyangka bakal secepat ini terlebih lagi, sangat tidak menduga awal perkenalan kami akan membawa kami kedalam perjalanan spiritual ini. Kejutan-kejutan dari Tuhan atas pengalaman inilah yang membuat saya mearsa sangat terkejut dan tidak pernah menduganya. Bahkan sampai sekarangpun masih merasa aneh. Siapa yang bisa menduga, karena permainan online bisa mengalami peristiwa besar seperti ini.

Oleh karena itu, dari pengalaman ini saya juga mendapat pelajaran. jika kita mempunyai suatu keinginan atau tujuan, makanya kenapa diperlukan doa dan ikhtiar. Doa sebagai bentuk kita memerlukan bantuan Allah untuk menolong kita dalam menghadapi permasalahan atau sebuah urusan. Dan ikhtiar adalah cara-cara kita untuk berusaha 'menjemput' dari keinginan tersebut sebagai bukti kesungguhan kita untuk menginginkan hal yang kita pinta kepada Allah.

Allah maha membolakbalikkan hati. Hari ini bisa saja seorang teramat alim tapi suatu hari nanti ternyata menjadi seorang yang sesat. Atau seorang pendosa besar hari ini malah menjadi orang baik yang diridhoi Allah. Kita tidak pernah tahu, oleh karena itu kenapa jangan lah kita terlalu sombong atas apa yang kita perbuat hari ini walau ke depannya apa yang kita perbuat tampak meyakinkan dan menjanjikan, akan tetapi mudah saja Allah membalikkannya. Entah itu sebuah peristiwa entah itu hanya sekedar pembalikkan hati. Makanya Rasulullah mengajarkan kita doa "Ya Allah yang maha membolakbalikkan hati, teguhkanlah hati ini kepada agamamu." Karena kita tidak pernah tau, kemana hati ini akan membawa kita. Karena itu kawallah dengan doa, ikhtiar yang sesuai dengan syariat dan tawakal agar tidak berbalik arah kejalan yang salah.

Selain doa, tentu saja ikhtiar diperlukan. Tanpa ikhtiar, doa akan sia-sia. Misalnya, mo jungkir balik kita 24 jam meminta sesuatu, katakanlah kita meminta kepada Allah agar kita menjadi orang baik, orang sholeh dan ahli surga. Akan tetapi ikhtiar kita malah sebaliknya, tetap saja melakukan dosa, melakukan hal-hal yang tidak disukai Allah, beribadah ala kadarnya atau trend paling umum kita temui: ibadah jalan maksiatpun jalan. Akankah doa itu akan terwujud?Atau kita berdoa untuk mendapat pendamping yang sholeh dan baik, tetapi usaha yang kita lakukan tidak sesuai dengan doa kita tersebut. Melaluinya dengan proses yang tidak diridhoi Allah atau memilih pasangan yang tidak baik. Atau kita berdoa agar kita menjadi orang berilmu dan pintar, tetapi kita malas belajar, malas mencari ilmu dll. akankah kita akan menjadi orang berilmu dan pintar dengan cara tersebut? Jika pun terwujud, proses yang kita lalui dengan cara yang tidak Ia sukai dan melanggar aturanNya. Dan jangan anggap remeh hal ini, walau sebesar biji zarahpun, dosa-dosa kita akan menjadi catatan untuk kita pertanggungjawabkan kelak di Yaumul akhir nanti.

TAWAKAL

Dan setiap tujuan, pasti dihadang oleh kesulitan. Apalagi terkadang jalan kebenaran justru rintangannya lebih besar. Kemudahan yang diberikan Allah bisa saja berupa hidayah dan jalan keluar untuk kita akan tetapi kemudahan yang paling terbesar yang diberikan Allah dalam menghadapi kesulitan itu adalah kekuatan hati. Mari kita lihat perjuangan para sahabat di jaman Rasulullah mempertahankan keimanannya. Seperti Bilal bin Rabah. Disiksa, dipecut, dibakar diatas teriknya matahari, dihimpit oleh batu besar, akan tetapi didalam penganiayaan2 yang dia lalui, hatinya tetap teguh dan yakin memperjuangkan keimanan yang dia temukan tersebut. Bahkan tidak jarang para muallaf menghadapi kesulitan berbagai kesulitan lainnya seperti diusir dari negerinya, diambil hartanya, bahkan tidak jarang ia dan keluarganya dibunuh. Akan tetapi Allah memberikan kemudahan terbesar kepada mereka, yaitu ketetapan hati dan keyakinan atas jalan yang mereka pilih dengan resiko apapun bahkan nyawa pun rela mereka berikan demi keyakinan tersebut. Itulah kemudahan terbesar diberikan Allah kepada kita ketenangan dan kemantapan hati atas pilihan tersebut.

"Dialah (Allah) yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). ... (Surat Al Fath ayat 4)


Ketika Allah sudah memberikan hidayah pada kita sesuai dengan apa yang kita doakan atau kita pinta, dan kita bersedia menerima hidayah tersebut (ada loh, orang yang sudah diberikan hidayah tapi dia tetap menolak untuk menerima hidayah tersebut. Semoga Allah tidak menjadikan kita golongan orang yang dimatikan hatinya), lalu kita berusaha/berikhtiar dengan baik sesuai dengan aturanNya sebagai kesungguhan kita terhadap apa yang kita doakan tersebut dan terakhir, bertawakallah pada proses dan hasil yang diberikan. Apakah pada prosesnya akan kita lalui dengan susah payah dan penuh cobaan dan ujian atau semulus jalan tol. Itu adalah urusanNya. akan tetapi jika semisalnya kita melaluinya dengan proses tidak mudah, penuh hambatan, halangan dan ujian, bukan berarti Allah menghambat-hambat kita. Bisa jadi itu adalah pembuktian diri kita apakah kita bersungguh-sungguh pada jalan yang kita pilih tersebut atau bisa jadi itu adalah cara Allah membersihkan diri kita atas dosa-dosa kita yang lalu atau kesulitan-kesulitan tersebut merupakan 'jalan pintas' untuk kita agar derajat kita langsung naik drastis di hadapan Allah jika kita bisa melewatinya dengan baik.

Pelajaran ini kembali saya dapatkan dari Yusuf. Karena, baru beberapa hari dari keislamannya. Dia langusng mendapat ujian yang berat atas pilihannya. Dia kehilangan pekerjaannya sebagai seorang arsitektur di perusahaannya. Yang sangat saya kagumi dari Yusuf ini, walau dia baru beberapa hari menjadi muallaf, akan tetapi dia dengan semangat keislamannya, dia langsung berusaha menjaga sholatnya walau ia masih belum hafal dengan sempurna bacaan sholat kecuali al-fatihah. Menjaga sholat terutama sholat yang tepat waktu adalah hal yang biasanya berat dilakukan oleh para muallaf yang masih baru memeluk islam bahkan oleh orang islam sejak lahir sekalipun. Bahkan, ia tidak hanya menjaga sholat wajibnya tepat waktu, akan tetapi juga melengkapinya dengan sholat sunnah. Akan tetapi, ternyata hal ini menjadi rekan-rekannya merasa risih. Selain banyak di antara mereka yang mempunyai persepsi negatif terhadap islam akibat pembentukan media dan serangan teroris yang mengatasnamakan islam, pemilik perusahaannya juga merasa 'terganggu' dengan kegiatan sholat Yusuf yang dinilai membuang-buang waktu kerjanya. Karena setiap pagi, Yusuf selalu menyempatkan diri sholat dhuha. Disaat dzhuhur dan ashar lengkap dengan qabliyah dan ba'diyahnya, baik disaat sedang ada rapat atau bahkan ketika ada klien yang datang, ketika jam sholat tiba (yang adzan sholatnya dia setel sebagai alarm di HP sebagai penanda waktu masuk sholat), dia meminta waktu untuk melakukan sholat terlebih dahulu. Karena baginya panggilan Allah lebih utama daripada urusannya dengan manusia. Selama ini dia mencari-cari cara untuk berkomunikasi dengan Tuhan, masa setelah ia menemukan bagaimana caranya lalu dia membalikkan badannya untuk ingkar dan menjilat ludahnya sendiri. Begitu alasannya

Walau dia bisa bekerja dengan lebih baik bahkan bisa lebih fokus karena setiap selesai sholat, hatinya terasa lebih tentram dan tenang sehingga ia bisa bekerja dengan perasaan lebih nyaman karena stressnya hilang disaat setelah 'berkomunikasi' dengan Tuhan. Akan tetapi, perbaikan kinerjanya ini tetap tidak memuaskan atasannya karena dianggap 'membuang' waktu dengan ibadahnya. Selain beberapa rekannya sedikit agak menjauh (walau ada beberapa tetap menerimanya dengan baik) sehingga teman-temannya yang masih merasa risih dengan keislamannya dianggap mengganggu konsentrasi kerja team nya. Setelah beberapa perdebatan, atasannya sedikit melunak menerima agamanya. akan tetapi untuk persoalan ibadah, atasannya meminta agar dia tidak melakukannya didalam kantornya karena akan membuat para teman2nya dan kliennya terganggu dan risih. Intinya, dia tidak diperbolehkan beribadah didalam kantor, sedangkan masjid tidak ada sekitar sana. Silahkan beribadah, tapi lakukan di rumah saja. Jangan disini. Begitu kata atasannya. Jika ia tetap sholat dan membuat klien terganggu, maka ia akan dipecat.

Akhirnya, Yusuf memilih keluar daripada ia tidak bisa beribadah. Subhanallah... saya sungguh merasa kagum dengan kemuslimannya yang benar-benar memasrahkan dirinya terhadap aturan Allah daripada aturan manusia. Dan cobaan itu ternyata tidak berhenti sampai disitu saja. Ketika beberapa tetangganya mengetahui ia menjadi seorang muslim (ketika istrinya mulai belajar memakai kerudung walau belum sempurna menutupi rambutnya), kemarin beberapa tetangganya ternyata berkumpul dan bersama-sama mendatangi rumahnya untuk meminta mereka pindah dari sana karena mereka takut dan merasa tidak tenang ada orang islam dilingkungan mereka. Mereka beralasan paranoid takut ada bom dilingkungan mereka yang tenang. Astagfirullah... Teman saya ini hanya bisa bersabar dan tetap bersikap ramah menjelaskan apa islam itu sebenarnya dan dia tetap orang yang sama dengan mereka kenal hanya berbeda untuk masalah aqidah saja. Akan tetapi tampaknya hal itu belum bisa diterima dengan baik oleh tetangganya. Ada kemungkinan dia akan terpaksa untuk pindah dari lingkungannya karena melihat gelagat tetangga2nya mulai kurang baik. Alhamdulillah, imam masjid tempat dia belajar mau membantu dia dan muallaf2 lainnya saling bahu membahu membantunya dengan menawarkan tempat tinggal mereka sampai Yusuf dan istrinya menemukan tempat yang mereka suka.

Saya hanya bisa berusaha membesarkan hatinya dan alhamdulillah, ia bisa menerima cobaan itu dengan sifat tawaqal bahwa inilah ujian kebenaran yang harus dihadapi, belum seberapa dengan yang dialami oleh para sahabat-sahabat rasulullah katanya dengan menambahkan icon senyum di akhir tulisannya. Dia hanya meminta didoakan agar ia bisa menghadapi cobaan ini dengan cara yang sesuai dengan syariat dan tidak kembali kejalan yang sesat. Sikap tawakalnya ini membuat saya merasa sangat terinspirasi dan juga merasa cemburu dia pasti akan mendapat banyak cinta dari Allah :)) Ya Allah. saya bahagia dan kagum dengan keimanannya dan cemburu karena kita belum tentu bisa bersikap dengan ketawakalan seperti yang ia alami. Ya Allah... Terimakasih atas pelajaran dan contoh yang Engkau berikan kepadaku melalui saudaraku Yusuf yang baru saja muallaf tapi kemuslimannya melebihi dari kami yang benar-benar tunduk pada syariatMu walau dihadang oleh cobaan yang berat. Kehilangan pekerjaan dan terusir dari tempat tinggalnya akan tetapi ia tetap tunduk dengan jalan syariatMu.

Untuk saat ini, saya belum menerima kabar lagi dari sahabat saya itu, saya hanya bisa berdoa semoga Allah menjaga hati dan keimanannya dan begitupun dengan kita semua. Dan semoga kita lebih bisa berikhtiar lagi untuk menjadi pribadi muslim yang lebih baik dihadapanNya. Malu dong sebagai muslim dari lahir tapi tingkat keimanan kita melaju kayak keong kalah cepat dengan para muallaf :)

Jadi, terkadang Allah sudah mengabulkan doa-doa kita akan tetapi karena kesalahan kita sendirilah kita tidak bisa melihat jawaban doa tersebut sudah ada berada dihadapan mata akan tetapi karena hati kita buta, lebih mengandalkan kemampuan dan logika pikiran atau ikhtiar yang dilakukan tidak sama dengan yang kita doakan dan kurangnya sikap tawakal sehingga kita berpikiran, Tuhan belum mengabulkan doaku. Mari, sebelum kita meminta hasil dari doa kita, ada baiknya kita memperbaiki hati dan proses yang kita lakukan, dan kesungguhan hati kita atau ketawakalannya dan yang terpenting dari itu semuanya adalah menggapai ridho dariNya.