Ini mungkin sudah merupakan cerita lama. Tapi menurut Mia, ini adalah cerita yang mengharukan dan bisa memeberikan inspirasi kepada kita sekaligus masih adanya sikap kepahlawanan yang dimiliki manusia khususnya orang Indonesia di tengah zaman yang ganas ini. Hope this story will give us inspire.
Endang Arifin, seorang peserta magang pada industri penangkapan ikan di Hyuga, propinsi Miyazaki, Jepang telah menjadi pahlawan kemanusiaan atas upayanya menyelamatkan dua bocah Jepang yang menyebabkan dirinya sendiri meninggal. Pengakuan atas aksi kepahlawanan yang ditunjukkan pemuda asal Cirebon, Jawa Barat ini diberikan pemerintah Jepang. Ia meninggal dalam upaya menyelamatkan dua orang murid SMP yang tertelan ombak di sebuah pantai di Hyuga.
Dua murid SMP tersebut berhasil mencapai pinggiran pantai dan selamat, namun Endang justru hanyut tertelan ombak dan baru dua hari tubuhnya ditemukan oleh Japan Coast Guard.
Endang memang merupakan sosok yang memiliki karakter kepahlawanan karena ia sebenarnya memiliki impian menjadi anggota TNI. Ia bahkan bertekad mengikuti program magang karena ia juga berencana membantu orang tuanya menunaikan ibadah haji.
Melihat ada orang hanyut dipantai, ia merasa terpanggil untuk memberi pertolongan dengan rekannya meski akhirnya harus dibayar dengan nyawa.
Belum sempat menggapai mimpi, rupanya maut telah datang. Keluarga Endang di Cirebon merasa sangat kehilangan karena ia merupakan pemuda yang selalu menuruti nasehat orang tuanya. Selama ini ia juga banyak membantu secara finansial dan tidak mau merepotan orang tuanya.
Demi mencapai impiannya, ia rela meninggalkan beasiswa Universitas Padjajaran Bandung dan pergi ke Jepang. Inilah rupanya jalan yang harus ia tempuh.
Keluarganya sempat mendapat firasat tentang kepergian Endang karena foto Endang yang digantung disebuah dinding rumah jatuh dan masuk ke sebuah ember besar berisi air. Selang beberapa jam setelah kejadian ini, keluarganya menerima kabar bahwa Endang meninggal.
Pengorbanan Endang telah mendapatkan simpati tidak hanya dari pemerintah Jepang dan asosiasi perikanan di Miyazaki akan tetapi juga dari masyarakat Jepang. Miyuki Inoue, seorang sutradara film bahkan telah membuat film tentang Endang yang telah diputar di Indonesia serta beberapa kota di Jepang.
Tanggal 25 Oktober 2008 lalu bahwa seminar dan pemutaran film dilakukan di Wako University di Tokyo. Hari Kamis besok (30/10/2008), ayah, ibu dan adik perempuan Endang Arifin diundang resmi oleh pemerintah Jepang untuk melakukan sebuah upacara penghormatan.
Polisi Nasional Jepang akan memperingati aksi kepahlawanan ini dengan maksud agar semangat Endang dapat ditiru oleh siapa saja.
Endang sebagai kenshusei, tidak saja sebagai pahlawan devisa, tapi telah mengharumkan nama bangsa dan menjadi pahlawan kemanusiaan, layak untuk dicontoh.
Sumber: http://maniakblog.blogdetik.com
berita lainnya:
Tokyo (ANTARA News) - PM Jepang Taro Aso mengucapkan belasungkawa kepada para keluarga korban yang telah mengorbankan jiwanya untuk menyelamatkan nyawa orang lain, termasuk kepada orangtua dari Endang Aripin, trainee asal Indonesia yang tewas demi menyelamatkan dua remaja putri Jepang dari bahaya tenggelam.
Upacara "Penghormatan bagi Para Martir" itu berlangsung di Hotel Grand Arc Hanzomo, Tokyo, Kamis, yang dihadiri sekitar 500 orang baik dari kalangan kepolisian Jepang, anggota parlemen, rakyat biasa dan keluarga korban yang ditinggalkan.
"Rakyat dan pemerintah Jepang turut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas pengorbanan jiwa yang telah ditunjukkan oleh para korban yang meninggal. Kami berterima kasih atas pengorbanan yang tak ternilai ini," kata Taro Aso.
PM Jepang kemudian juga berdoa agar kepada keluarga korban yang ditinggalkan diberi kekuatan untuk menghadapi kenyataan ini. Rakyat dan pemerintah Jepang betul-betul berterima kasih atas pengorbanan ini.
Dalam acara diselenggarakan oleh Badan Kepolisian Nasional Jepang itu suasana haru begitu terasa sejak awal. Keheningan menguasai aula besar tempat upacara tersebut digelar. Orangtua Endang Aripin yang diundang secara khusus oleh pemerintah Jepang, berada di deretan kursi ke lima di sebelah kanan dan terlihat terus terpaku menyaksikan detik-detik acara berlangsung yang dimulai pukul 13.30 sesaat setelah PM Taro Aso memasuki ruangan.
Wasji (49), dan isterinya Saeni binti Cala, serta kedua anaknya Nurwati dan Heru mengenakan pakain serba hitam. Mereka duduk di antara keluarga korban lainnya yang juga telah berkorban nyawa demi menyelamatkan orang lain. Ada 14 orang yang meninggal demi menyelamatkan orang lain, termasuk tujuh polisi yang tewas dalam rangka menjalankan tugasnya.
Menurut catatan Kepolisian Jepang, terdapat 6.084 korban tewas demi menyelamatkan orang lain. Sebanyak 5.492 korban di antaranya adalah polisi yang sedang menjalankan tugas.
Suasana haru
Turut mendampingi orangtua Endang Aripin adalah Dubes RI untuk Jepang Jusuf Anwar dan Wakil Dubes Ronny P Yuliantoro. Keduanya juga tidak tahan dengan suasana haru, khidmat dan tertib yang menyelimuti ruangan tempat upacara.
Saat lagu syahdu yang mengiringi acara peletakan karangan bunga terdengar, Wasji dan Saeni beserta anak-anaknya sontak tidak kuasa menahan tangis. Sambil terisak-isak mata mereka menatap satu persatu orang yang maju ke depan untuk meletakkan karangan bunga di tempat yang disediakan buat para "pahlawan masyarakat" tersebut.
Hal serupa juga dialami Dubes Jusuf Anwar dan wakilnya Ronny P Yuliantoro. Dubes pun ikut terisak, saat melihat semua keluarga Endang Aripin maju dan meletakkan karangan bunga untuk mengenana almarhum anak kesayangan mereka. Dubes pun terpaksa menggunakan kacamata hitam untuk menutupi keharuan yang tiba-tiba menyergap dirinya dan juga semua yang hadir. Acara tersebut baru berakhir pukul 13.40.
Menurut rencana anggota keluarga juga akan dibawa menghadap Kaisar Akihito dan Permaisuri Michiko untuk mendapat penghormatan dari keluarga Kaisar yang merupakan simbol rakyat Jepang. Endang Aripin datang ke Jepang tahun 2005 sebagai trainee, pekerja magang. Dia juga bercita-cita untuk menjadi tentara dan mengirimkan orangtuanya naik haji ke Mekkah. Namun cita-citanya yang mulia itu pupus di tengah jalan.
Endang saat itu sedang berjalan-jalan dan mendengar teriakan sejumlah siswi SMP Jepang yang terseret arus di pantai kota Hyuga, Provinsi Miyazaki, pada Agustus 2007. Ia pun lantas segera terjun ke pantai dan menyelamatkan dua siswi. Setelah berhasil menyelamatkan kedua siswi tersebut, Endang malah terseret arus laut dan meninggal. Belakangan diketahui bahwa Endang tidak pandai berenang. Mayatnya ditemukan dua hari kemudian oleh penjaga pantai dan kepolisian Jepang.(*)
sumber : antara
itu foto km?
BalasHapusAduh fadhliiii... pertanyaannya ga nyambung ma artikelnya T_____T
BalasHapushahahaha bilangin tadashii hayo hayo bandung hahahahaha....
BalasHapusorang indonesia di jepang emang jadi pada gila soalnya di jepang mereka bisa mengexprezikan diri nya....
untuk ramen aku setuju dengan artikelnya soalnya aku juga suka ramen apalagi ramen gratiss hahaha....
untuk mas endang aku juga salut tapi sayang nya kenapa dia juga mesti terbawa arus ombak yah????
BalasHapusudah ajalnya kali. Semoga kebaikannya di balas ma Tuhan dikehidupan sana. Amieeeen....
BalasHapusteruss dari sgi penyelamatan dari pemerintahan jepang kenapa terlambat kenapa berita seperti ini di abaikan pemerinthan jepang????padahal kejadiannya di hyogo ken jepang..
BalasHapus