Jika kita menghina mereka atas kasus pencurian mereka baik dari segi Politik dan budaya. Dan mereka menghina kita atas penghinaan kita dan merasa apa yg mereka klaim itu adalah milik mereka
Berikut kutipannya: http://arezeo.blogspot.com/2009/08/indonesia-makin-kuat-menyalak.html
"Dalam berita di atas, ternyata media Indonesia melakukan provokasi dengan penuh fitnah terhadap Malaysia. Kononnya Malaysia mengklaim batik tujuh tahun yang lalu. Terbukti ini adalah provokasi dan adu domba. Kain batik Malaysia telah wujud sejak ratusan tahun lalu. Nenek aku pun pakai kain batik Malaysia. Kain batik Indonesia hanya digunakan sebagai kain basahan, kain lap lantai dan paling terhormat pun sebagai kain menutup mayat kerana warnanya yang kusam.
Begitu juga angklung dan kuda kepang. Sudah ada di Malaysia sejak beratus-ratus tahun lampau. Paling melucukan, kerana isu remeh macam ni, mereka hendak menghalau Duta Besar kita dari Indonesia. Sungguh keanak-anakan sikap mereka. Dalam klip video di atas juga seorang mat salleh mengakui angklung itu berasal dari Malaysia. Sudah terbukti ke seluruh dunia, Indonesia pula membuat ulah dan fitnah."
Dan mengenai tarian pendet, mau ga mau Mia mengakui kalo bangsa kita ini kemakan bulat-bulat berita provokasi dari media. Seperti halnya pemberitaan media mengenai kematian Noordin M Top kemaren, betapa hebohnya media menggembar-gemborkan berita itu tanpa melakukan cek dan ricek terlebih dahulu. Padahal kepolisian tidak ada memberikan pernyataan bahwa mayat yang ditemabk itu adalah mayat Noordin, tetapi media udah mengklaim terlebih dahulu secara heboh. Ampe presiden pun percaya ma berita itu dan memberikan ucapan selamat kepada pihak kapolres. Dan lebih memalukannya lagi, ternyata berita yang digembar-gemborkan media itu SALAH. Ternyata itu adalah mayat Ibrahim, bukan Noordin. Dan menyebalkannya, media tidak meminta maaf kepada masyarakat atas kesalahan pemberitaan mereka. Dengan arogansinya media tetap muncul dengan wajah "sok innocent" seolah-olah salah pemberitaan itu ga pernah terjadi.
Kesalahan ini kembali terulang, ketika media menggembar-gemborkan pemberitaan "Pengklaiman Tarian Pendet Oleh Malaysia". Dan apa yang terjadi? Rakyat kembali menelan bulat-bulat isi berita itu dan melancarkan sumpah serapah ke Malaysia. Beberapa minggu dari berita itu, terungkaplah bahwa yang membuat iklan itu dari pihak ketiga yaitu Discovery Channel yang berpusat di Singapura.
Kutipan dari: http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=234471
Skemanya kayak gini: Pihak swasta yaitu PH Kru Studio membuat 6 film documenter enigmatic Malaysia, (seri yg kontroversi ini adalah seri documenter batik) ---> 6 iklan di setujui dan lulus dari screaning dari pemerintah ---> Pihak swasta yang tersebut menjual film documenter mereka kepada pihak Discovery Channel (kayak Production House kita menjual film mereka ke pihak RCTI atau TV swasta asing dinegara lain) ---> Pihak Discovery Channel bagian Staff Promosi On Air, melakukan editing terhadap salah satu seri documenter yaitu seri batik tersebut tanpa sepengetahuan pihak Kru Studio, karena 6 iklan itu sudah menjadi milik Discovery channel, bukan milik Kru Studio lagi ---> Media Indonesia memberitakan Malaysia mengklaim tarian pendet karena melihat iklan promo film documenter yang disangka sbg iklan Pariwisata ---> Masyarakat terpengaruh (seperti halnya pemberitaan Noordin) dan bertindak heboh dengan memaki dan menyumpah ---> Setelah ditelusuri lebih jauh, ternyata pihak yang bersalah disini adalah pihak media Discovery Channel di Singapura, bukan pihak Media Malaysia.
Film dokumenter versi asli (versi dari PH Kru Studio sebelum di retouch oleh pihak Discovery) disaksikan kembali oleh KBRI Kuala Lumpur bersama Asisten Khusus Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Ketut Wiryadinata tidak ditemukan apa pun yang menyatakan bahwa Malaysia melakukan klaim terhadap salah satu budaya Indonesia. Dalam narasi dokumenter Batik tersebut juga dijelaskan fakta bahwa batik berasal dari Pulau Jawa, Indonesia, dan kemudian berkembang juga di Malaysia dengan ciri khas tersendiri. Di salah satu tayangan seri Batik itu ditampilkan sebuah tarian Indonesia, yang setelah diamati merupakan tarian yang berasal dari Jawa. Tari pendet tidak digambarkan dalam seri dokumenter Batik tersebut.
Dan permasalahan tari pendet ini, malah tidak mendapatkan tanggapan di Malaysia, karena mereka memang merasa tidak punya kebudayaan seperti Tari Pendet dan tidak pernah mengklaimnya sama sekali seeprti pemberitaan yang ada di media kita. Kutipan dari Okezone:
JAKARTA - Kasus klaim negara Malaysia atas tari pendet, Bali yang menuai banyak kontroversi di Indonesia ternyata tak sedikitpun diberitakan di Malaysia.
"Tidak ada berita tentang begitu di sini, memang di sana (Indonesia) sedang ramai ya," ujar Nabil Ahmad Fauzi, mahasiswa di Univeritas Kebangsaan Malaysia kepada okezone, . Penelusuran okezone di beberapa media seperti Berita Haria, Utusan Malaysia, Bernama, dan Malaysia Kini juga tidak ditemukan pemberitaan yang menyangkut kontroversi klaim budaya ini.Selasa (25/8/2009)
Jadi sudah jelas, media kita terlalu menggembar-gemborkan suatu permasalahan yang dimana mereka tidak menyelidikinya secara teliti akan kebenarannya (keingat kasus Noordin m top lagi en plus kasus Manohara yang dulunya semarak di media kita dan sekarang dah padam sendirinya karena media mulai tidak mempercayai Manohara lagi.) dan rakyat kita juga, termakan begitu saja atas pemberitaan media sehingga kitanya ribut-ribut sendiri kepada pihak yg salah, yang harusnya protes ke pihak discovery channel di Singapura.
Seperti yang dikatakan oleh blogger Malaysia (yg mana cukup menampar kita dengan keras...)
http://arezeo.blogspot.com/
Memang bikin naik pitam ngebacanya, akan tetapi... Mia ga bisa memungkiri ada beberapa kenyataan yang disampaikan oleh blogger tersebut, seperti kita terlalu menerima pemberitaan media mentah-mentah, negara kita yang duluan merdeka tetapi ga semaju di Malaysia, dan yang terpenting sikap kita yang kurang menghargai negara kita, lambang, simbol dan warisan budaya kita sendiri. Coba kesampingkan emosi kita terlebih dahulu, gunakan logika untuk menilai kebenaran dibalik penghinaan ini. Lebih jelasnya, silahkan teman-teman baca sendiri blog dari salah satu blogger Malaysia tersebut. Kata-katanya menyakitkan memang, tapi apa yang diungkapkannya memang itu yang terjadi di negeri tercinta kita.
Dan hmmm... mengenai budaya seperti batik, reog, tari pasambahan dan lain-lainnya, sudah berusia ratusan tahun di kedua negara tersebut. Karena budaya yang sama itu sudah tumbuh selama beratus-ratus tahun di dua negara ini makanya tak heran jika kita merasa budaya itu adalah milik kita krn kita mengenalnya udah sekian generasi begitu pula dengan malaysia yang udah mengenalnya selama selama sekian generasi juga. Tak heran kedua negara ini mempunyai rasa memiliki atas budaya tersebut. Walau ada terdapat sedikit perbedaan spt batik. Walau sama-sama batik tetapi mempunyai ciri kekhasan yang berbeda, dan tradisi reog, walau sama-sama reog tetapi ada sedikit perbedaan dengan bentuk muka reognya.
Akan tetapi, sekarang adalah era hukum. Jika kita memang merasa itu adalah budaya kita, seharusnya kita bertindak cepat untuk mengklaimnya, seperti yg dilakukan oleh pemerintahan Malaysia. Karena mereka merasa memiliki, jadinya mereka segera mengklaim dan mempromosikannya. Walaupun sebagai bangsa Indonesia, kita merasa marah atas "pencurian" budaya tersebut (karena budaya itu udah tumbuh juga beratus-ratus tahun di Indonesia). Tapi... kita ga bisa juga menutup mata dari penyebab kenapa budaya tersebut juga tumbuh beratus-ratus tahun di sana, hal ini dikarenakan:
1. Kedua bangsa (Indonesia-Malaysia) Berasal Dari Satu Nenek Moyang
Hal ini mungkin karena dahulunya (jauh dari zaman penjajahan) Indonesia dan Malaysia termasuk dalam satu kesatuan dan satu ras yaitu Melayu-Mongoloid. Makanya bahasa kita, budaya kita mirip satu sama lainnya karena kita memang satu nenek moyang. Mungkin dahulu kita adalah satu bangsa yang kemudian orang-orang didalam bangsa itu melakukan "perantauan" dan menyebarkan diri ke pulau-pulau lainnya bahkan ampe ke Thailand (liat aja baju adat thailand dan tariannya mirip ma baju adat dan tarian Bali dan Jawa-Majapahit. Sedangkan Malaysia lebih banyak mirip dengan Sumatera Barat) dan Philipine, makanya bangsa di empat negara ini mirip satu sama lainnya dan diakui dalam penelitian Anthropologi, keempat negara ini berasal dari satu ras yaitu Melayu-Mongoloid). Cuma, karena kita lebih dekat dengan Malaysia beredekatan Jadi ga heran jika kedua bangsa ini mempunyai kemiripan satu sama lainnya. Ga heran sih, kenapa empat negara ini bisa berasal dari satu bangsa atau satu ras. Kalau kita mundur lagi jauh kebelakang, sebenarnya kita semua berasal dari satu bangsa dan enenk moyang, yaitu Nabi Adam hehehehe yang kemudian para anak cucu Adam dan Hawa "merantau" dan mendirikan bangsa yang dilengkapi dengan kebudayaan masing-masih, dimana semakin deket letak geografisnya, maka kebudayaannya akan mirip satu sama lainnya.
Alquran Surat Al Hujuraat: 13 : "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal".
2. Indonesia dengan Malaysia dahulunya pernah bersatu (dimasa Majapahit)
Sewaktu zamannya Raja Adityawarman ( Raja yang berdarah campuran, sang ayah adalah raja Majapahit- Raja Adwayawarman dan sang ibunda adalah putri raja dari kerajaan Minang- putri Dara Jingga dari kerajaan Dharmasraya, bersama-sama gabungan dua kerajaan itu pernah meluaskan wilayahnya hampir keseluruh nusantara (bersama dengan patih Gajah Mada menaklukkan hampir seluruh daerah Jawa, Sumatera dan Bali) bahkan sampai ke wilayah Malaysia atau negeri sembilan (Rantau nan Sambilan). Oleh karena itu hubungan antara Minang-Jawa-Malaysia (nagari sambilan) menjadi semakin dekat dari sebelumnya bahkan untuk mempererat hubungan bangsa yang satu nenek moyang ini, para anggota kerajaan (mungkin rakyatnya juga) melakukan pernikahan satu sama lainnya, agar hubungan kekerabatan itu tidak terputus.
Pada akhirnya hubungan kekerabatan itu diputuskan oleh penjajahan Belanda dan Inggris. Belanda menguasai daerah Jawa, sedangkan Inggris yang awalnya menguasai Malaysia dan Sumatera Barat yang menjadi pusat kerajaan di wilayah Sumatera. Dan akhirnya kekuasaan Inggris atas Sumatera diambil alih oleh Belanda dengan menandatangani traktat London dengan Inggris tahun 1842. Sejak itulah, hubungan kedua negara (Indonesia-malaysia) merenggang dan menjadi bangsa yang berbeda seperti sekarang ini. Makanya ga heran banyak pertukaran budaya dan pembauran yang terjadi diantara ketiga kerajaan ini (Minang-Majapahit-Nagari Sambilan) karena hubungan mereka dimulai sejak tahun 1347- sampai Inggris menguasai Sumatera Barat ditahun 1795. Jadi, kita pernah hidup berdampingan hampir selama 500 tahun booo.
Di lihat dari dua sejarah itulah, mengapa kebudayaan kita dan Malaysia sangat mirip dan keduanya sama-sama ngotot menyatakan bahwa itu adalah budaya mereka masing-masing. Cuma... kita kalah cepat untuk me-hak patenkan tradisi budaya kita, karena...
1. Pemerintah kita sendiri menganak tirikan seni budaya daerah
Selama ini mslh kebudayaan kita lebih dibebankan oleh sipelaku seni. Teman-teman bisa lihatkan, bagaimana sangat memprihatinkannya fasilitas untuk para seniman kita dalam mengembangkan budaya Indonesia. Di Malaysia, seni budaya mereka punyai diberikan fasilitas yang memadai sehingga manarik perhatian turis mancanegara dan terkesan sangat mewah dan elegan. Lah... kitanya, malah dipraktekkin di jalan-jalan oleh para seniman daerah demi menyambung hidup mereka. Sangat ironis banget, satu kebudayaan yang sama tetapi mendapat perlakuan yang berbeda.
Di Malaysia budaya itu bagaiakan aset berlian yang mana para senimannya di fasilitasi dan ditampilkan dengan kemasan yang "wah". Di Indonesia, hanya sekedar budaya kesenian jalanan rakyat untuk menyambung hidup.
2. Pemerintah lebih sibuk mengurus kekuasaan
Mereka lebih sibuk mengurus kursi kekuasaan dan bagaimana mencari-cari celah untu memperkaya diri. Lihat aja keadaan rakyat kita, yang miskin semakin miskin dan yg kaya... dah hampir bangkrut kecuali bagi yg masih berpraktek KKN. Dan lihat aja perlakuan pemerintah dalam mensejahterakan rakyat Indonesia. Dimana pemerintah berhutang sana-sini yang katanya buat dana pembangunan tapi kok masih adanya sekolah yang tidak layak pakai, masih banyak rakyat yang tinggal dikolong jembatan dan lain-lain. Pajak kita juga termasuk pajak yang tertinggi, sehingga harga barang yang seahrusnya murah tapi karena pajak yang diberlakukan di indonesia menjadi mahal. Udah gitu, kita juga dikenai pajak penghasilan, pajak jalan tol, pajak bangunan, pajak kendaraan, pajak makanan, pajak usaha dan pajak-pajak lainnya mati dililit pajak deh kitanya) dengan pajak sebanyak itu, kemanakah aliran pajak itu dialirkan? Katanya pajak akan dialirkan kembali untuk kesejahteraan rakyat. Kenapa masih banyak rakyat kita yang kelaparan? Kita adalah negara yang kaya atas sumber daya alamnya, dan tanah yang sangat subur, apaapun yang ditanam pasti tumbuh. Akan tetapi kenapa rakyat kita banyak yang berada digaris kemiskinan? Kemanakah uang negara dari hasil pinjaman atau bantuan luar negeri, hasil dari pajak-pajak yang sebanyak gaban itu dan hasil dari pengolahan sumber daya kekayaan alam Indonesia??? ya... kekantong
3. Rakyat Indonesia yang tidak menghargai budaya sendiri
Yang ini ga usah dibilangin, kita semua bisa menilainya. Apalagi semakin mudanya generasi, mereka semakin melupakan budaya daerah mereka masing-masing. Hal ini pernah Mia alami ketika chating dengan salah satu kenalan di blogger lewat YM. Ternyata dia juga berasal dari Sumatera Barat. Sebagai orang Minang, tentu Mia senang ketemu dengan orang yang satu daerah ma Mia. Ternyata kenalan Mia ini sejak kecil tinggal di Jakarta dan dia sama sekali ga minat untuk mengetahui (jgnkan mempelajari, mengetahui aja ga minat) asal-usul budayanya. Ketika Mia tanyain ma dia, "kamu Minangnya dari suku apa?" (di dalam Minang, terdiri dari berbagai macam suku, setidaknya ada 7 suku terbesar di Minang) Coba, apa jawabannya. "Hare gene masih ngomongin suku dan budaya daerah? Ga jamannya lageeee..."
Sumpah... empet banget Mia bacanya. Gimana kita gembar gembor LESTARIKAN BUDAYA KITA!... Jika banyak generasi sekarang yang pola pikirnya kayak gitu. Warisan budaya daerah sendiri ga dihargai, gimana engga di ambil ma orang lain coba. Kita sendiri ga bs menjaga dan menghargainya dan dengan sok gaul ngomong "GA JAMANNYA LAGEEEE..." masih pantaskah kalo kita berkoar-koar jika budaya yang ga kita hargai itu dirampas orang lain???
Jangan salahkan kucing nyuri ikan kita kl kitanya sendiri teledor dalam menjaga ikan itu. Apalagi kita ma kucing itu sama-sama suka ikan, cuma bedanya, si kucing tau nilai pentingnya tu ikan sehingga dia mati-matian pengen mengambilnya, sedangkan kita butuh tu ikan tetapi ogah-ogahan menjaganya dan malah tertarik melirik ikan yang lain. Ya tentu aja si kucing bergerak mengambilnya, karena kitanya lengah dan malah sibuk melirik ikan yang lain, sehingga ikan yang kita punya di ambil deh...
Oleh karena itu, sebelum kita berkoar-koar menyumpahi orang lain atau bangsa lain, perbaiki dulu deh attitude kitanya. Udah bener belom sikap kita dan pemerintah kita selama ini? Jadi, hentikan sikap caci memaki yang banyak kita gembar gemborkan selama ini.
Malahan ada juga dengan seenak udelnya ngomong... "Udahlah... mari kita perang aja ma Malaysia secara langsung." Itu pernyataan yang BEGO banget. Kalo misalkan beneran perang, paling orang yang dengan mudahnya ngomong "perang" atau "ganyang" yang lari duluan. Ingat, tong kosong nyaring bunyinya, orang yang dengan mudahnya menyuarakan suatu perbuatan yang menuntut pertanggungjawaban yang besar, biasanya orang itu yang tidak mempunyai nyali untuk memikulnya (ingat para caleg kita yg gampang minta sebuah kekuasaan dari rakyat dengan janji ini itu, skali rakyat ngasih tanggungjawab berupa kepercayaan buat dia memegang kekuasaan dan amanat rakyat eh malah lari merekanya dari apa yg mereka janjikan ketika mereka dah jadi pemimpin atau wakil rakyat.) Dan lagi... walaupun Indonesia lebih besar daripada Malaysia, kekuatan dan peralatan militer mereka lebih elngkap daripada kita yang mana pesawat tempur kita cuma 6 dan hanya tiga yang berfungsi dan mana ga da pelurunya lagi. Keadaan kita sekarang bener-bener seperti Harimau kehilangan taringnya. Kuat tapi ga berbahaya karena ompong.
Jadi stop caci maki negara lain, mari perbaiki diri kita dahulu. Mencaci itu pekerjaan mudah dan udah banyak orang Indonesia yang melakukannya. Jika kita semua ikut larut dalam caci maki seperti lainnya, kapan kita akan melakukan perubahan kearah perbaikan didalam diri kita?
Bukankah sebaik-baiknya bangsa adalah bangsa yang belajar dari kesalahannya dan berusaha untuk memperbaikinya demi perubahan dimasa depan yang lebih baik.