Jumat, 19 Juni 2009

Debat Capres Putaran Pertama Mengecewakan

Siapa aja yang nonton debat calon presiden tadi malam hayooo???


Mia udah nunggu-nunggu ni acara sejak pemunculan iklannya. Wah... baru kali ini Calon Presiden 'diadu' dalam satu panggung. Biasanya mana pernah. Jadi teringat, saat adu debat antara Obama dan McCain sewaktu mereka masih capres.

Seru, tegang dan penuh argumen yang cerdas dalam mempertahankan idealisme, baik dari idealisme partai yang mereka usung maupun dari idealisme dari program-program yang akan mereka jalankan. Walau konsep program utama dari visi dan misi mereka berbeda (Obama dengan pendekatan perbaikan struktural ekonomi dan McCain dengan pendekatan pertahanan militer) tetapi mereka bisa memberikan jawaban berupa sebuah solusi dari permasalahan yang sedang dihadapi oleh negara Amerika saat itu. Sehingga rakyat Amerika bisa menilai, pendekatan dari capres yang manakah mereka rasa cocok untuk memimpin Amerika untuk kedepannya.

Waktu Mia menonton debat capres 'versi Indonesia', semua aspek itu tidak terasa sama sekali. Tidak adanya atmosfir yang penuh persaingan seperti yang ditunjukkan oleh masing-masing capres selama kampanye jauh-jauh hari, malah monoton dan membosankan. Kenapa tidak, para Capres malah terlihat jaim -berusaha menampakkan citra diri yang santun dan menahan diri- sangat berbeda dengan sikap yang mereka perlihatkan ketika berpidato atau berkampanye solo. Kenapa ketika mereka dipertemukan dalam satu waktu tiba-tiba berubah menjadi penuh kepalsuan? Pengen dapat simpati rakyat? Tanyakeun kenapa...

Bukannya saling mendebat saingan mereka seperti yang dilakukan oleh Obama dan McCain, tetapi para capres kita ini malah saling mendukung dan memuji program-program dan visi misi saingannya. Dari debat tersebut ketika salah satu capres mengatakan A yang lain setuju. Begitu pula yang satu katakan B dua lainnya setuju. Nah...kenapa dukungan dan pujian itu mesti waktu DEBAT presiden di keluarkan? Lah kemaren-kemaren, walau secara tidak langsung, mereka terang-terangan 'menjatuhkan' saingan mereka di depan media. Sekarang kok di acara debat kok malah jadi acara puji memuji dan dukung mendukung sih (tambah lagi, jilat menjilat). Mana debat yang jadi tema acaranya???

Ini sih bukan DEBAT CAPRES namanya. Tapi DUKUNGAN SESAMA CAPRES.

Saking tidak adanya atmosfir perdebatan antara capres, banyak yang menyaksikan acara ini dilanda kejenuhan, kebosananan dan kekecewaan (termasuk Mia) apalagi konsep dari visi misi ketiga capres mirip satu sama lainnya. Sehingga, tidak adanya perbedaan konsep program utama yang mereka ajukan. Kalo tidak ada konsep program yang berbeda, kita sebagai pemilih dihadapkan sebuah pilihan yang tidak ada variasi. Toh milih si A atau si B atau si C sama aja. Karena konsep program utama mereka sama aja. Selain itu diharapkan melalui debat ini, para penonton dapat melihat presiden manakah yang bisa mempertahankan pendapatnya secara konsekwen dan dapat selalu berpikir jernih meski di tengah tekanan dari dua pesaingnya, moderator dan para audiens yang terus menonton perdebatan mereka. Tapi apa diyana, mereka malah berakting penuh sopan santun dan jaim dengan saling mendukung dan memuji, berharap menampakkan bahwa pribadi mereka yang nerimo dan lapang hati.

Hmm... ironis sekali dengan apa yang mereka tampilkan selama ini sangat bertolak belakang dengan apa yang mereka tampilkan selama ini selama kampanye. Selama kampanye ini terang-terangan 'menyerang', saling kritik dan bahkan saling menyindir pesaingnya,di setiap acara ptalkshow dan kampanye-kampanye mereka selama ini. Sekarang kok malah saling puji-memuji. Menurut Direktur Eksekutif SPIN (Strategic Political Intelligence), Hamid Basyaib, para capres tidak ingin tampak culas sehingga menjaga kesantunan yang berlebihan. Akhirnya kita tidak dapat memastikan siapa yang unggul. Apalagi, kemasan debat pun kurang menarik.

Jawaban-jawaban para capres juga terkesan sangat berhati-hati. Ketegasan dan ketajaman yang menjadi ciri khas JK selama ini juga tampak menghilang di acara ini. Sifat cuek dan keterusterangan Mega juga menjadi tersembunyi. Dan SBY yang memang selalu bersikap tenang dan berbicara lamat-lamat terlihat lebih berhati-hati dalam memilih kosakata. Ketiganya juga tampak kompak dalam memberikan pernyataan (bukan jawaban) dari pertanyaan yang dilontarkan oleh moderator dengan pernyataan yang cenderung terukur dan sangat normatif dan bukannya mengemukakan solusi pemecahan masalah atas permasalahan yang diajukan. Sehingga debat itu sangat mengecewakan. Kesempatan debat yang luar biasa itu tidak dimanfaatkan dengan baik oleh ketiga kandidat.

Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Pengamat Politik LIPI Syamsuddin Haris mengatakan ketiga calon presiden (capres) yang tampil dalam debat presiden belum memberikan secara spesifik penanganan suatu masalah. Dalam debat tersebut dikatakan masih wacana yang bersifat umum. Syamsuddin mengatakan contohnya dari isu yang diangkat dalam debat itu, seperti kasus Lapindo, penyelesaian kasus Hak Asasi Manusia (HAM), isu Tenaga Kerja Indonesia, pertahanan serta RUU Tipikor, solusi penanganannya belum jelas dan tidak terukur. Padahal seharusnya dalam debat tersebut capres harus memberikan yang lebih luas seperti memberikan kerangka waktu yang jelas dalam penanganan masalah. Ada dua kemungkinan sehingga hal itu tidak dilakukan antara lain, miskinnya ide atau gagasan serta takut janjinya ditagih publik.

Ditambah lagi, dalam setiap sesi malah di isi oleh banyaknya iklan, sehingga waktu untuk menggali terus isi pikiran sang capres menjadi sempit dan terkesan tergesa-gesa. Sehingga, suasana yang mungkin mulai terasa memanas (dalam artian positif) jadi menurun lagi karena commercial break yang datang terlalu sering.

Kabar baiknya, dari hasil kekecewaan yang terdengar baik dari kalangan pengamat politik maupun dari kalangan umum, sehingga membuat team debat capres ini mengevaluasi kekurangan dari acara yang semalam dan berusaha memperbaikinya untuk debat capres putaran kedua. Semoga debat capres putaran kedua bisa lebih dan sesuai dengan sasaran dan tema acaranya sebagai DEBAT CAPRES.

7 komentar:

  1. gak nonton....

    mending belajar bareng....

    siapapun capresnya, ujian tetep susah..

    BalasHapus
  2. wah... ternyata miaw kucing tengil penuh dengan rasa kritis,,,!!! hebat artikelnya...!!!

    BalasHapus
  3. mamaku yg nonton debat capres itu...
    aku belajar... hikz... :(
    pdhl pgn bgt nonton... soalnya kedengerannya sayup2 dr kamarku suara televisinya...

    BalasHapus
  4. haha.. bener juga ya.. :))

    BalasHapus
  5. hah! kucing kok tau tentang politik ya? hehe.. :))

    BalasHapus
  6. iy si,,kurang seru debatnya,,ya mungkin karena takut salah kata yang ntar bakal menyinggung capres lainnya,,y ga?,,hehe"

    BalasHapus
  7. yoi tuh kemaren, dan sepertinya 3 "debat" sisanya menggunakan format yang sama, sesama kandidat tidak saling dicounter, sehingga ga pernah tau isi otak tiap capres mengenai suatu isu...

    ini mah bukan debat, tp dagelan :P

    BalasHapus

Mohon berbahasa yang sopan (boleh melawak asal sopan)dan tidak melenceng dari postingan atau memuat iklan. Komentar yang dianggap ga pantas akan di hapus oleh admin Tora^^

Thanks