Sabtu, 08 Agustus 2009

Film Merantau dan Silat Harimau

Ada suatu film yang cukup mendapat perhatian dari Mia akhir-akhir ini. Yaitu MERANTAU yang telah ditayangkan tanggal 6 Agustus kemaren di bioskop-bioskop Indonesia. Mia belom sempat nonton ne film, tapi cukup ngerti sedikit tentang alurnya ketika liat trailer filmnya. Dan cukup ngeri pas liat adegan ada bambu yang nancep di penjahat yang lagi ngejar-ngejar tokoh utama di atas gedung. Syereeeeem.....

Di trailernya, di buka dengan suara aktris gaek yang ternama di perfilman Indonesia: Christine Hakim. "Di tradisi Minangkabau, dimana setiap anak laki-laki suatu hari akan keluar merantau diluar daerahnya. Bertujuan agar anak laki-laki dapat menemukan tujuan hidupnya yang hakiki dan lalu kembali pulang menjadi pria seutuhnya ke kampung halamannya. Pulanglah nak... ibu menunggumu"

Itulah sepenggal kata pembuka trailer film merantau, dan disana, Mia dikejutkan dengan sebuah adegan seorang laki-laki yang sedang memperagakan gerakan silat. Walau si tokoh menggunakan alat pisau kecil ditangannya, tapi langkah yang digunakannya adalah langkah harimau. Itukan langkah silat harimau!!! Mia lumayan mengenal sedikit tentang silat harimau, karena abang Mia pernah belajar silat Harimau dan dari dia Mia tau sedikit-sedikit gerakan silat Harimau ini (cuma tau aja, tapi ga bisa prakteknya wakakakakak susah >_<) Ibu Mia berasal dari Minangkabau, berdasarkan dari aturan adat kami yaitu matriakat maka anak mendapatkan status suku (bukan nama keluarga ya, suku beda dengan nama keluarga) berdasarkan dari garis ibu. Nenek Mia banyak mengajarkan Mia falsafah adat kami dengan sederhana sehingga mudah untuk Mia cerna mengenai adat istiadat kami walopun apa yang mia ketahui sekarang ini tidaklah sedalam pengetahuan nenek Mia mengenai adat Minang.

Di dalam adat Minangkabau, laki-laki adalah seorang pemimpin yang diibaratkan sebagai sosok pelindung (protektor) dan perempuan makmum atau pengikut yang diibaratkan dengan sosok penjaga (guardian). Makanya, sebagai pemimpin, laki-laki Minang di tuntut untuk bisa melindungi diri, keluarganya dan untuk melindungi sang penjaga (istrinya dan saudara perempuannya). Sebagai makmum, perempuan Minang bertugas untuk menjaga dirinya, keluarganya dan sang pelindung. Sebagai sang penjaga, maka anak perempuan diminang dibekali ketrampilan rumahtangga, pengetahuan pengobatan, ilmu agama, dan kebijakan dalam bertindak. Sedangkan sang pelindung dibekali hampir segala macam aspek ilmu yang lebih luas daripada perempuan agar bisa menjadi pemimpin dan pelindung yang baik. Untuk melengkapi ilmu mereka, oleh karena itu anak laki-laki di Minang disuruh merantau atau lepas dari kandang (rumah) agar ia bisa mengarungi dunia luar dan dapat belajar dan mempelajari ilmu lebih luas lagi daripada dunia tempatnya tinggal. Biar tidak seperti katak di bawah tempurung. Dan dengan merantau, mental mereka ditempa untuk menerima kondisi-kondisi terjelek diperantauan sehingga mendidik mereka untuk bisa survival dengan kondisi seperti apapun, lebih mandiri dan bijaksana dalam menyikapi hidup karena sudah mencicipi manis pahit dan getirnyanya kehidupan di perantauan sehingga ia dapat lebih kuat, lebih pandai, lebih cerdas, lebih dewasa, dan lebih bijak dalam hidupnya sebagai pelindung yang dapat diandalkan. Karena, jika ia tidak merantau atau tinggal di daerah dekat rumahnya terus, maka ditakutkan ia tumbuh menjadi laki-laki yang 'lembek' dan tidak bisa menjadi pelindung yang diharapkan karena masih berada di pengasuhan orangtua atau gadang di katiak orangtuo (gede di bawah ketiak orangtua).

Terlepas berhasil tidaknya mereka di tanah rantauan, biasanya para perantau muda ini dengan sendirinya akan memacu dirinya untuk dapat berhasil ditanah rantauan dan kelak, mereka bisa pulang dengan bangga. Oleh karena itu, jangan heran, kalau dimana-mana kita menemukan para perantau muda ini tanpa ragu mulai meniti ‘karir’ mereka sebagai pedagang kaki lima, sopir atau bermacam pekerjaan non formal lainnya. Disamping itu mereka juga diwanti-wanti untuk hidup tidak eksklusif, harus pandai menyesuaikan diri dan mematuhi aturan adat istiadat ditempat mereka merantau tetapi tidak melupakan sendi adat tempat asalnya. seperti pepatah Minang mengungkapkan

Dima tanah dipijak, ( Dimana tanah dipijak,)

Disitu langik dijujuang.( Disitu langit dipikul)

Dima sumua digali, ( Dimana sumur digali

Disitu aia di sauak. ( Disitu air diambil )

tapi adat nan asa indak di lupoan juo (tapi adat asal tidak dilupakan juga)

Pada umumnya, anak laki-laki di bekali dengan ilmu silat sebagai alat untuk menjaga diri mereka di tanah rantauan. Akan tetapi, tidak semua orang bisa belajar silat seperti belajar ilmu beladiri di perguruan-perguruan yang ada di zaman sekarang. Terutama silat harimau, yang merupakan salah satu cabang silat legendaris di Minang. Seperti yang di alami oleh abang Mia, Sejak awal SMP, dia telah belajar ilmu beladiri karate. Entah kenapa, waktu dia SMU, dia tiba-tiba tertarik untuk belajar ilmu silat kampung seperti silat starlak, silat bayang, silat Buayo Lalok, silat kumango dan silat Harimau. Dan kebetulan si abang tertarik dengan silat Harimau. Maka pergilah ia mencari seorang guru ahli silat harimau ini, dan akhirnya ia bertemu dengan seorang tokoh yang dihormati dan disegani di tempat kami yang di panggil inyiak angku. Ia seorang yang bijak dan selalu ditunjuk sebagai imam sholat berjamaah.

Ternyata, untuk belajar ilmu silat kampung ini tidaklah sebebas dan semudah seperti ia belajar karate. Beliau memang terkenal sangat pemilih murid. Dasar pemilihan beliau bukanlah dari status, suku atau harta, akan tetapi berdasarkan budi pekerti dan akhlak. Oleh karena itu, jika ada yang mau datang berguru kepada beliau, perlu berhari-hari beliau untuk menilai orang tersebut apakah berhak untuk diajarkan silat atau tidak. Karena beliau tidak mau ajaran ilmu silat beliau digunakan untuk hal-hal yang tidak baik atau sok jagoan atau mencelakai orang lain. Oleh karena itu, beliau sangat teliti 'melihat' akhlak calon murid yang akan diterimanya.

Setelah lewat dari seminggu, akhirnya inyiak menerima abang Mia sebagai muridnya. Dan ga cukup hanya diterima aja. Ternyata ada syarat lainnya yang harus di penuhi oleh seseorang untuk belajar silat kampung ini. yaitu, si murid tidak boleh meninggalkan syariat agama seperti sholat dan puasa, kedua tidak boleh sembarangan menggunakan silat ini kecuali terdesak, ketiga tidak boleh mengajarkan silat ini kepada oranglain jika belum bisa memikul tanggung jawab sebagai guru. Karena sekali diajarkan dengan oranglain maka orang itu adalah tanggungjawab si pengajar. Bentuk tanggungjawab sipengajar atau guru adalah meluruskan muridnya jika 'melenceng', bahkan memusnahkan muridnya jika si murid tetap melakukan kejahatan dengan ilmu tersebut (syerem ga tuh).Oleh karena itu, sebagai tanda kesediaan sang murid menerima aturan tersebut adalah dengan memberikan sang guru sebilah pedang atau pisau dan kain kafan. Pisau artinya adalah alat yang akan digunakan sang guru untuk membunuh si murid jika ia melakukan kejahatan dengan ilmu tersebut. Dan kain kafan artinya adalah kain yang akan digunakan oleh si guru untuk mengkafani muridnya jika muridnya nanti meninggal (terleps muridnya membangkang atau tidaknya) Itulah bentuk ikatan antara murid dan guru.

Tapi...semakin modernnya arus globalisasi dunia, sehingga silat kampung mudah untuk dipelajari oleh siapa saja tanpa ada syarat-syarat diatas lagi. Buktinya, di film bebas aja gerakan-gerakan silat harimau di pelajari dan 'dipamerkan' bagi siapa aja yang dulunya lumayan susah untuk dipelajari dari seorang guru dan ga boleh dipamerkan sembarangan. Dan juga, yang merantau sekarang ini bukanlah milik laki-laki saja, tetapi juga milik perempuan.

Btw.... baru sadar lagi-lagi ngeposting yang panjang-panjang huhuhuhu... Ya sutra, met nonton aja yang mau nonton tu film. Ada yang mau nonton bareng ga sengihnampakgigisengihnampakgigisengihnampakgigi

14 komentar:

  1. hahaha : D:D: :D :D


    puaaaanjjjjjjaaaaaaaaaangggggggggg abnget gag !!


    salam kenal dan salam dangduts

    BalasHapus
  2. asik baca ah, panjang2 deh.
    kayanya seru ni film

    BalasHapus
  3. datang lagiiiiiiiiiiii


    welwelweeee !!!!!!!!!!!

    hadist yaa,,gw salah donkk !!
    :D :D :D

    BalasHapus
  4. ga' nyangka masih ada aja anak muda yang ingat adat, terharu

    BalasHapus
  5. wah aku jarang nonton film sob dah lama kayaknya abis bingung

    BalasHapus
  6. wah,,jadi kepingin liat film itu juga nih
    hehehehehe

    BalasHapus
  7. wah, kmren2 gak bisa buka ni blognya.. :D

    kyknya boleh juga ni film.. *siap2 nunggu ada yg ngajakin.. hahaha

    BalasHapus
  8. ya biasanya cow selalu merantau. tp aku pengen deket ibuku ;) yah semoga anak yg merantau tdk lupa dan tdk durhaka ke orang tuanya.

    BalasHapus
  9. hoho...emang panjang banget
    tapi resensi nya bagus
    film indo rocks!!! ^0^

    BalasHapus
  10. daku sudah nontooooooonnnnn, ihihihi... mia keduluaaaaan, horeeee *jingkrak2*... komen Shin-kun : eksyennya kereeeeennnnn, mungkin memang pantaslah ni pilem dilabeli 'bangkitnya film action indonesia', lepas dari segala kekurangan yang mungkin ada, penggarapan film ini memang serius. Plot per plot ditampilkan urut dan jelas, hehehe, nonton deh Mia, gak rugi kok...

    BalasHapus
  11. O iya Mia, 1 lagi film layak tonton menurut Shin-kun : MERAH PUTIH!, ini (katanya) penggarapan spesial efeknya kerjasama sama krunya saving private ryan loh, kalo yang ini Shin-kun blom nonton...

    BalasHapus
  12. aku posting disini ya...

    http://utara19.multiply.com/journal/item/84

    nice posting

    BalasHapus
  13. Wah, ga nyangka, ternyata Mia orang Minang juga ya? Sama dong kita. Hehe.. Ga nanya ya?

    Tapi saya sendiri ga bisa bahasa minang Mia, walaupun kalo orang Minang ngomong sih ngerti.

    So, gimana perkembangan sekarang? Udah jadi nonton film ini? :)

    BalasHapus

Mohon berbahasa yang sopan (boleh melawak asal sopan)dan tidak melenceng dari postingan atau memuat iklan. Komentar yang dianggap ga pantas akan di hapus oleh admin Tora^^

Thanks